Dingin pergilah dari perempatan ini..
Bersama hembusan angin..
Pagi nan indah..
Bersinar terang..
Kala sang mentari meloncat dari selimut malamnya..
Kasihan dia tak pernah tidur.. Terus mengitari jagat raya ini..
Tak ada sendu...
Cerah berganti hangat..
Sang mentari mengintip dari awan cerah..
Dengan kesibukan arus kendaraan yang tak henti
Di waktu yang tak mau di stop..kejar mengejar..
Antara pejuang rejeki perempatan ini..
Ditopang tubuhmu.. Yang menua di telan waktu usiamu..
Pengayuh becak dengan semangat tugu gading yang terus berputar..
Dipijak semangat mentari yang mulai meninggi..
Dengan kilau indah keemasan terpanncar...
Ke berbagai arah penjuru..
Sesekali ada yang menawarkan ojek..
Tuk sesuap nasi pagi ini..
Tenang Dia.. Selalu memberi rejeki lebih pada
Pekerja keras.. Seperti pengayuh becak yang menyapa ku selalu dengan rawat..
Dan gadis.. Atau perempuan.. Pagi ini..
Yang selalu bersama menaiki carry kuning..
Saat mentari terus melesat ke atas..
Awan kelabu menyingkir semua.. Memberi semangat pagiku..
Membakar, meski pagi ini.. Penjual tempe tua..
Tak mendapatkan langganan..
Mengayuh kembali dengan sepeda tuanya... Ke perhentian berikutnya..
Moga mbah pagi ini kau mendapatkan rejeki yang lebih banyak..
Doa terpanjang padamu..
Di tugu gading ini Kartonyono..
Sabar menunggumu... Kembali..