Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Badminton Indonesia Mendunia, 12 Pelatih Menyebar di 9 Negara

3 Agustus 2021   03:50 Diperbarui: 3 Agustus 2021   04:19 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rexy Mainaky, peraih emas ganda putra Olimpiade Atlanta 1996 yang saat ini melatih Thailand (cnnindonesia.com/ Putra Permata).
Rexy Mainaky, peraih emas ganda putra Olimpiade Atlanta 1996 yang saat ini melatih Thailand (cnnindonesia.com/ Putra Permata).

Salah satu "penyakit" kita untuk berprestasi di bidang olahraga barangkali sudah didiagnosa oleh Presiden Jancukers Sujiwo Tejo.

Ketika ramai pejabat dan public figure merapat ke Greysia/ Apriyani dengan raihan emasnya, Sujiwo Tejo menyindir bahwa orang tua merekalah yang berhak paling bangga atas kedua ganda putri itu. Ketika para orang tua umumnya mengutamakan sekolah di atas badminton ternyata masih ada sosok yang rela mengutamakan badminton di atas prestasi sekolah.

Makna tersirat dari sentilan Sujiwo Tejo yaitu, di Indonesia merupakan perjudian nekat ketika seseorang menekuni olahraga. Jika berprestasi memang sangat melimpah sekali bonusnya --uang, rumah, mobil, franchise bisnis-- meski ketika berlatih minim lirikan. 

Apakah memungkinkan kita membuat ekosistem di mana atlet punya pilihan kehidupan yang baik setelah tak lagi aktif?  

Sejak pembibitan usia dini kita bisa memperoleh calon-calon unggulan yang prospektif tetapi yang kurang berhasil juga dapat memiliki kesempatan hidup layak. Demikian pula setelah atlet selesai berkarier karena faktor usia atau cedera.

Persoalan karier dan kehidupan atlet pasca-pensiun memang menjadi misteri dan jalan sunyi masing-masing. Menjadi pelatih di negeri orang adalah salah satu alternatif impian seperti yang dilakukan oleh Muamar Qadafi dan kawan-kawan.***

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun