Hendrawan Supratikno (detik.com, 12/4/2021):
"Bu Puan lebih banyak bergerak di 'hilir' atau fraksi, eksekutif, dan hubungan antarlembaga, Mas Nanan lebih banyak di 'hulu' atau konsolidasi partai, penempatan kader di badan/organisasi sayap."
PDIP-Demokrat sama-sama kena stigma  dinasti politik. Maksudnya memang mau begitu atau tidak begitu tetapi pandangan publik sudah sulit dihindari.Â
Baik SBY di Demokrat maupun Megawati keduanya sama-sama memiliki keturunan biologis yang aktif berpolitik. Pada satu titik tertentu penempatan anak-anak kandung dalam struktur kepengurusan partai akan beririsan satu sama lain. Irisan wilayah kepentingan itu jelas berpotensi menimbulkan rivalitas. Â Lantas pertanyaan pun muncul, bagaimana mereka --SBY dan Megawati-- mengelola dinamika di antara pewaris-pewaris mereka?
Di antara kedua parpol warisan presiden itu ada perbedaan mendasar berkaitan dengan proses dan atau permasalahannya.
Ada dua tingkat dinamika terkait bagaimana proses regenerasi di antara Demokrat dengan PDIP. Yang pertama relasi internal dalam lingkaran keluarga elit sebagai "pemilik" partai. Yang kedua relasi antara darah biru partai dengan pihak luar yaitu yang masih sesama kader.
Demokrat kelihatannya  sudah selesai dalam dinamika internal keluarga.Â
Agus Yudhoyono, AHY, langsung mendapat kepercayaan dari bapaknya, SBY, untuk meneruskan estafet kepemimpinan. Meskipun Edhy Baskoro, Ibas, lebih dahulu bergelut dengan partai tetapi hal itu tidak serta merta berpengaruh. Begitu juga dengan  AHY yang sebelumnya berkarier di dunia militer. Tiba-tiba saja ia mengajukan resign agar dapat berkiprah dalam politik. Faktor SBY dominan di dalam penentuan keputusan ini.
Adem di dalam belum tentu asyik di luar. Terkait hubungan sesama kader Demokrat antara keluarga SBY dengan pihak non-keluarga, Â perjalanannya tak selalu mulus. Sekarang sedang begitu.
Inisiatif SBY untuk mendaftarkan Demokrat sebagai  trademark --hak kekayaan intelektual-- miliknya kepada Dirjen HAKI mendapat penolakan dari sejumlah pihak. Hencky Luntungan dari kubu Moeldoko berniat membantah soal kepemilikan ini jika Kemenkumham memutuskan untuk mengakuinya.
Sebelumnya pihak SBY juga bersengketa dengan kubu Anas Urbaningrum dan loyalisnya. Belum lagi kasus-kasus migrasi kader seperti Ruhut Sitompul dan Ferdinand Hutahaean.
Berbeda dengan Demokrat, partai yang dipimpin Megawati lebih solid saat ini. Pengalaman dan kompetensi politik Megawati memang belum  ada saingan. Secara historis jenjang karier eksekutif dan legislatif lengkap; Mega pernah di DPR, wakil presiden, dan sekalian presiden. Juga soal riwayat genealogi dirinya yang notabene adalah anak kandung biologis dan ideologis Soekarno.