Kursi kosong yang dimaksud sedianya akan jadi tempat duduk Menkes Terawan terkait dengan penanganan wabah corona. Kursi  yang terlanjur menjadi kursi panas bagi sang menteri dan justru semakin panas ketika ia bersikeras menolak tunduk untuk hadir. Dulu yang bisa begitu cuma Prabowo dan Trump; sekarang ada Terawan.
Versi pemerintah, dokter TNI yang kurang akrab dengan IDI ini beralasan agar pernyataan-pernyataannya nanti tidak dipelintir menjadi cabang-cabang polemik baru yang tidak berkesudahan. Terawan juga berkilah bahwa dirinya sibuk dengan corona yang tak kunjung reda, yang harus dituntaskan secepatnya. Saat ini bukan waktunya untuk berwacana tapi bekerja.Â
Juga ada disinggung pembelaan soal perwakilan yang diutus untuk hadir mewakili menteri tapi ternyata tidak mendapat tanggapan Mata Najwa. Demikian garis besar keterangan pihak Kemenkes.
Selain utusan atau perwakilan, soal narasumber informasi Covid-19 mestinya (bisa) bukan hanya menkes. Bisa ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo. Atau komandan baru yang spesial mengurus wilayah wabah dengan prioritas tinggi; Menko Luhut yang dikenal serbabisa dan selalu menangan.
Tetapi secara jurnalistik dokter Terawan mungkin lebih punya nilai jual, berkaitan dengan perselisihannya dengan IDI yang sudah berlarut-larut. Materi-materi pertanyaan seputar bagaimana kerjasama di lapangan misalnya. Apakah tidak ada kendala koordinasi dan sejauh manakah efektivitasnya dalam menggulung pandemi?
Tanggapan atas drama kursi kosong cukup beragam, termasuk dari kubu pro Jokowi sendiri. Ada yang menganggap kritik Najwa adalah gejala umum. Ada pula yang menganggap sebagai sebuah penghinaan kepada pemerintah.
Golongan yang terakhir ini yang kemudian merisak dan mencaci Najwa dengan umpatan kotor. Bahkan ada pula yang sampai mengadukan masalah tersebut  ke pihak kepolisian, seorang pengacara perempuan.
Di kalangan sesama kubu Jokowi sendiri dan juga pihak yang relatif netral, para pengumpat Mata Najwa dianggap sebagai golongan lebay dan atau oportunis. Artinya, lebih banyak yang menilai wajar atau malah membela Mata Najwa.
Mantan bupati yang kini menjadi anggota DPR, Dedi Mulyadi, ikut-ikutan pula latah menginterogasi kursi kosong.
Politisi Golkar --pendukung pemerintah-- tersebut seperti hendak memparodikan kursi kosong Najwa dalam sebuah pertunjukan monolog singkat. Namun dari pertanyaan yang dilontarkan rasanya Dedi agak-agak menyindir Jokowi.