Sepotong pesan terekspose secara live lewat acara Mata Najwa episode Mereka-reka Cipta Kerja, 07/10/2020. Pesan tersebut berisi permintaan tolong kepada siapa saja yang membacanya. Dan, harus segera!
Tentang insiden itu Najwa Shihab sudah klarifikasi.
Nana  --demikian panggilannya-- tidak tahu ada tulisan bernada genting di kertas yang ia pegang saat tampil dalam tayangan itu. Kertas tersebut dikatakan sebagai kertas bekas yang diperolehnya secara begitu saja.
Ada pun kondisi Nana saat ini baik-baik saja, tidak kurang suatu apa. Demikian seperti  yang sampaikan kepada media. Alhasil warga tak perlu cemas apa-apa.
Tetapi betulkah pesan itu sebuah ketidaksengajaan?
Pesan tulisan tangan seperti memo singkat, bernada urgen, dengan media seadanya bisa memunculkan tafsir serius yang terbukti menimbulkan respon kecemasan netizen yang membacanya. Medium is the message, kata Marshall McLuhan. Dalam kondisi terdesak tidak mungkin seseorang menulis pesan dalam bentuk kaligrafi yang berukir indah. Dan yang "menyampaikannya" Najwa Shihab pula!
Lain jika pesan disampaikan oleh Kang Sule misalnya. Penonton pasti bingung, gerangan apa yang membuat dia harus ditolong dalam waktu sesegera mungkin. Apakah minta tolong sukarelawan untuk jadi panitia pernikahannya?
Soal Mata Najwa ini beberapa peristiwa belakangan semakin membuatnya menjadi bahan sorotan. Sebagai host  acara, Najwa Shihab juga ikut semakin terkatrol popularitasnya.
Gaya khas pertanyaan yang tajam dan mengejar bak pemburu adalah ciri utama sang pemandu acara. Di tangan Nana; jangankan orang, kursi kosong saja bisa menjadi alat untuk menyoal narasumber hingga babak belur.
Drama menghadirkan kursi kosong itulah yang membuat Najwa Shihab trending beberapa hari kemarin. Gagasan itu --yang menurutnya biasa saja-- dianggap telah mendobrak kebuntuan sikap pejabat publik yang tidak kooperatif.