Jika pemerintah dan rakyat serius melakukan antisipasi maka diperkirakan pada pertengahan April nanti diprediksi akan ada 8.000 kasus warga terinfeksi virus Corona. Jika tidak serius maka kemungkinan angka perkiraan itu akan terlampaui.Â
Proyeksi tersebut kemudian dikoreksi lagi oleh pakar Pemodelan dan Simulasi Matematika ITB hari ini. Menurut perhitungan dengan pendekatan kurva Richard, kasus pandemi di Indonesia bisa mencapai 56.000 jiwa (tribunnews.com, 21/3/2020).
Untuk menghadapi  situasi tersebut, antisipasi seluruh komponen pemerintah dan rakyat harus segera digalang.Â
Berdasarkan pemodelan awal yang mengacu Korea Selatan, maka skenario tindakan yang diterapkan pun harus mengacu pada cara negara tersebut menangani pandemi COVID-19 ini.
Korsel  melakukan  metode pembatasan sosial (social distancing) dan deteksi dini secara aktif untuk melacak warga yang terinfeksi. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah melalui pemeriksaan drive-thru di jalan. Tilang Corona.
Catatan kasus positif Corona di Indonesia hari ini tercatat "baru" 450 orang.Â
Data Kemenkes yang lain: telah diterima 2.365 specimen (sample yang diuji di lab.) dan masih dalam proses pemeriksaan ada 22 specimen. Total korban meninggal sudah 38 orang, sementara yang sembuh ada 20.
Sejumlah wilayah harus waspada karena sudah terjadi transmisi lokal atau penularan antarwarga. Penduduk di DKI Jakarta dan daerah di Kab. Tangerang, Kota Tangerang, Depok, Bekasi, dan Solo harus  mendapat warning dan kemudahan pemeriksaan mandiri.
Warga yang sebelumnya sudah hati-hati maka sekarang harus ditingkatkan lagi.Â
Social distancing harus diperketat. Penelusuran ODP (orang dalam pemantauan) yang kemungkinan positif Corona harus diintensifkan.Â
Kelompok ODP ini bisa berperan sebagai agen atau carrier penularan virus. Gejala pneumonia yang umum terlihat pada pasien COVID-19 mungkin tidak muncul; sehingga satu-satunya cara adalah melalui uji pemeriksaan lab.
Pejabat negara yang lain eloknya bersikap kooperatif, jangan malah arogan.Â
Di Blora dan Pematangsiantar, sejumlah anggota DPRD yang berpotensi tertular virus berdebat dengan petugas kesehatan secara kasar. Petugas yang berniat baik melaksanakan tugas pemeriksaan malah terhambat dengan sikap tersebut.
Persiapan "perang" lawan Corona
Satgas COVID-19 sudah dan sedang mempersiapkan sejumlah infrastruktur dan logistik pendukung.
Soal ketersediaan pangan, Kementan menyatakan suplai kebutuhan siap dan terjamin untuk menghadapi masa pandemi COVID-19 dan momentum hari raya (puasa Ramadan dan Iedul Fitri).Â
Jokowi juga sudah melakukan pengecekan di gudang Bulog Kelapa Gading, berkoordinasi dengan Kabulog Budi Waseso.
Ada 11 komoditi utama yang menjadi fokus Kementan yaitu: beras, jagung, daging ayam, daging sapi, telur, minyak goreng, gula pasir, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih (rri.co.id, 20/3/2020).
Agung Hendriadi, Badan Ketahanan Pangan:
"Penandatanganan ini merupakan bentuk komitmen kita semua untuk menjaga pasokan dan stabilitas harga menghadapi wabah korona serta menjelang puasa dan lebaran."
Untuk melindungi warga dan tenaga medis/ paramedis pemerintah sudah mengantisipasi juga. Sebanyak 12.000.000 masker bedah dan 81.000 masker N95 siap didistribusikan.Â
Masker sebagai salah satu komponen APD (alat pelindung diri) sempat mengalami kelangkaan stok gara-gara panic buying.Â
Meskipun mungkin stoknya menumpuk tetapi karena distribusinya macet maka barang tersebut kemudian hilang dari pasaran. Harganya melambung tinggi.
Untuk keperluan rumah sakit dengan tuntutan APD spesifikasi khusus, Indonesia mendapat bantuan dari China. Sabtu, 21/3/2020, pesawat angkut berat Hercules milik TNI AU diterbangkan ke Shanghai untuk mengangkutnya.
Alkes dengan berat sekitar 9 ton itu antara lain disposable mask, masker N-95, protective clothing, goggles, gloves, shoe covers, infrared thermometer, dan surgical caps.
Obat-obatan memang agak dilematis karena belum fix efektivitasnya. Tapi juga tetap wajib dipersiapkan.
Beberapa alternatif yang dipilih pemerintah adalah favipiravir dan chloroquine.Â
Yang pertama adalah obat anti-influenza, sedang yang terakhir adalah penangkal malaria. Kedua jenis obat tersebut cukup efektif berdasarkan pengalaman negara lain yang telah menggunakannya.
Pemerintah saat ini berusaha menyediakan lebih dari 2 juta Avigan (merk dagang favipiravir) dan 3 juta chloroquine. Avigan diproduksi oleh Fujifilm, Toyama, Jepang; sedangkan untuk obat antimalaria kita sudah mampu memproduksinya di dalam negeri oleh BUMN farmasi (katadata.co.id, 20/3/2020).
Obat tanpa perubahan tabiat tak akan berguna
Semujarab apa pun obat suatu penyakit tidak akan berfaedah jika tidak diimbangi dengan perubahan perilaku pasien.
Jika pemerintah diibaratkan sebagai perawat dan persiapan-persiapan di atas tadi dianggap sebagai obat; maka penduduk Indonesia adalah pasiennya.Â
Sebagai pasien yang menginginkan kesembuhan, kita selayaknya menyesuaikan diri.
Melihat persiapan yang sedang dilakukan Satgas COVID-19 dan instansi terkait, tampaknya pemerintah sudah menghitung eskalasi dampak wabah yang mungkin akan segera  terjadi.
Biaya persiapan dan SDM-nya, berada dalam hitungan triliun rupiah. Padahal di sisi lain ekonomi nasional, seperti juga kondisi global, sedang mengalami kemandekan gara-gara Corona.
Agar semuanya tidak muspro, sikap kooperatif masyarakat mutlak diperlukan. Jika tidak, maka penyebaran virus Corona akan semakin menjadi-jadi.
Sekarang Jakarta sudah menjadi episentrum Corona di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan akan muncul pusat-pusat penyebaran baru di daerah jika penduduk kita sendiri secara tak sadar berperan menjadi agen penyebarannya.
Keputusan pembatasan aktivitas perkantoran dan kegiatan ekonomi tidak boleh dimanfaatkan untuk berlibur atau mudik ke kampung.Â
Pemerintah mesti tegas mencegah pergerakan warga Jakarta ke luar kota jika tidak ingin wabah makin meluas. Yang terlanjur lolos segera didata.
Dalam kasus klaster seminar di Bogor sudah terbukti, beberapa pasien positif Corona ternyata merupakan peserta acara tersebut. Mereka kemudian menjadi carrier virus tanpa sadar ke daerah lain di Solo, Batam, Lampung, dan Samarinda. Potensi wabah jadi meluas.
Makin kompleks permasalahan klaster seminar Bogor ketika dinas kesehatan ternyata tidak dapat melacak panitia penyelenggara. Akibatnya, peserta lain (berjumlah ratusan) tidak dapat terdeteksi sehingga potensi penyebaran sulit diantisipasi (kompas.com, 21/3/2020).
Agak ironis mengingat pemerintah katanya sudah menggandeng BIN dan Kepolisian. Mungkin mereka belum sempat menjamah kasus ini; atau mungkin juga panitia seminar tersebut lebih cerdik dari BIN.
Masalah-masalah tersebut adalah real dan ada cukup banyak klaster yang perlu dijejaki.
Yang bisa kita lakukan adalah bersikap proaktif dengan memeriksakan diri jika punya riwayat kontak erat/ interaksi dengan mereka yang sudah positif Corona.
Tidak terbayang jika elemen masyarakat tak mampu mengimbangi usaha-usaha pemerintah.Â
Biaya triliunan rupiah bisa menguap begitu saja dan korban Corona semakin banyak berjatuhan. Adakah pihak yang menginginkan hal itu terjadi?***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI