Saat ini permasalahan sudah jelas, kita sudah kena wabah ini. Indonesia real saat ini perlu banyak test kit untuk memburu pembawa virus yang belum terdeteksi. Harus diisolasi supaya tidak jadi super spreader Corona.
Rencana Kemenkes untuk menyediakan 10.000 test kit harus dibantu  antara lain oleh para konglomerat dan artis youtuber. Jangan cuma sekadar pamer. Jenuh!
Mestinya kita dukung apa yang baik dan sedang dikerjakan pemerintah sambil mengkritisi apa yang kurang.
Tetapi tidak usah dikait-kaitkan (terlalu banyak) dengan Pilpres 2024, masih jauh. Apalagi mengungkit-ungkit #gantipresiden. Jadi aneh kedengarannya. Sedikit aja politiknya, buat seru-seruan. Tak perlu sambil mencaci maki menyebut nama hewan atau perang ayat lagi.
Persoalan Corona adalah dia itu sesuatu yang baru, misterius, tak dikenali, tetapi mampu membunuh.
DBD, demam berdarah dengue, juga disebabkan virus (dengue); tapi ratusan korban yang meninggal tidak ada yang memperdebatkan. Kita juga tak takut mengobrol dengan pasien demam tersebut di RS. Kita sudah akrab DBD. Friend.
Yang lain yang membuat Corona itu spesial adalah kemampuan menular dengan mode senyap, seperti kerja pasukan khusus.
Tahu-tahu diumumkan jubir Corona Achmad Yurianto di televisi. "Inilah kasus Corona nomor ...!" Mirip undian berhadiah, dan kita antusias menunggu berita berikutnya tiap hari.
Kerja virus ini sebagian memang mirip siluman, tanpa gejala apa pun. Asimptomatik.
Dari mana kita tahu seseorang kena virus kalau tubuhnya segar bugar. Thermal scanner saja pasti gagal paham soal ini, dia ngertinya cuma temperatur doang.
Kemudian yang perlu kita paham juga tentang korban Corona adalah, seberapa mungkin seseorang bisa meninggal setelah terinfeksi.
Catatan data worldometer menunjukkan bahwa lansia lebih rawan. Usia 80+ angkanya hampir 15%, sedangkan usia 70-79 sebesar 8%. Â Di bawah usia tersebut angkanya sangat kecil.