Mohon tunggu...
Agung Pramono
Agung Pramono Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis

Agung Pramono berprofesi sebagai guru. Hoby menulis, olah raga dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukti Cinta itu Misteri

4 September 2022   22:00 Diperbarui: 4 September 2022   22:01 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah menyelesaikan kuliah di Solo, aku mencoba peruntungan mencari rizki, mengadu nasib di kota Jakarta. Dengan berbekal sarjana pendidikan. Awal-awal mengadu nasib aku melamar beberapa perusahaan dengan menggunakan ijazah SMA karena aku tidak ingin menjadi guru. Namun tak satupun perusahaan yang berminat untuk merekrut menjadi karyawannya. 

Setelah lama menganggur akhirnya dengan ijazah sarjana aku  diterima  sebagai guru honor, yang waktu itu penghasilan guru honor sangatlah rendah. Namun karena keinginan untuk menjadi PNS pekerjaan menjadi guru honor tetap aku lakukan.


Di Jakarta aku bertemu dengan teman-teman SMA dan setiap beberapa bulan kami bertemu untuk sekedar bercerita pengalaman hidup di Jakarta. Untuk pertemuan berikutnya sudah kami sepakati yaitu di Blok M, Jakarta Selatan, Minggu 14 Januari 2001. Teman-teman SMA ada sekitar sepuluh orang yang berada di Jakarta untuk mencari rizki dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda. 


Pertemuan reuni SMA  kali ini ada yang 'spesial' yang membuat hatiku berbunga-bunga.  Saat Ratna mengajak tetangganya bernama Sarah teman SMA namun lain jurusan. Sarah bagiku tidak asing lagi, aku mengenalnya karena dia temanku saat SMP dan SMA di kota Wonogiri.

Pertemuan terakhirku dengan Sarah beberapa tahun yang lalu menyisakan kenangan yang tak mungkin begitu saja hilang. Saat kami bertemu diterminal Wonogiri setelah lama kami berpisah setelah lulus SMA.


Sore itu aku baru saja turun dari bis Aneka Jaya untuk berlibur akhir pekan di Wonogiri. Saat aku berjalan menuju tempat pemberhentian angkot, langkahku terhenti. Mata ku tak berkedip memandang gadis ayu di dekat angkot yang berambut pendek, berkulit kuning langsat. Dadaku bergemuruh, jantungku berdetak kencang saat melihat Sarah teman SMP dan SMA ku. 

Entah mengapa saat sekolah di SMP dan SMA rasa hati ini biasa saja, bahkan aku tak pernah memperhatikannya. Namun sekarang terasa berbeda sekali, ada perasaan lain . Hati ini berbunga-bunga . Sarah  yang kukenal dulu lain dengan sekarang, dia sudah berubah, nampak cantik dan menarik hati.


Saat aku mendekat ke arahnya, entah mengapa Sarah langsung naik ke angkot dan langsung jalan. Tiada kata sepatahpun dari kami. Aku termenung menyesal, kenapa aku tidak segera menyapanya dan mengapa aku hanya terdiam saat angkot sudah jalan. Akhirnya pertemuanku sore itu menyisakan kenangan yang mendalam. Dari sorot wajahnya tadi, Sarah memberikan senyuman manis seakan-akan dia juga membalas apa yang ku rasa. Apa ini hanya perasaanku saja. Namun tetap saja hatiku saat itu tidak lega karena tidak saling berbicara.


Maka pertemuan di Blok M ini tidak aku sia-siakan. Sarah langsung ku ajak ngobrol, dan langsung ke sasaran.


“ Sarah, gimana kabar mu ? Aku kangen sudah 7 tahun nggak bertemu” tanyaku langsung tanpa basa basi.


“ Baik , Rano, kabarku baik-baik saja.” jawabnya sambil memberikan senyuman manisnya.


“Sarah, apakah sudah punya pacar belum ? tanyaku lagi tanpa menghiraukan temanku yang lain.


Sambil tertawa Sarah menjawab” belum"


Kemudian aku pun semakin semangat, “ Sudah ama aku saja ya “ timpalku.


“ Bisa aja, kamu Rano” sambil tersenyum.


Sejak pertemuan itu, aku langsung meminta nomor teleponnya agar pertemuan ini bisa berlanjut lagi. Setelah satu jam pertemuan reuni SMA di Blok M akhirnya selesai, aku dan Sarah akhirnya berpisah.


Setelah tiga hari, semenjak pertemuan itu, aku telpon Sarah, tetapi berkali-kali tidak diangkat. Aku telpon selama 3 hari berturut-turut, namun tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya aku pun berkata dengan diri sendiri “ Kalau memang jodoh ya insya Allah jadi, tapi kalau nggak jodoh ya pasti nggak jadi “. Sekedar untuk menghibur diri saja. Semenjak itu pula aku sudah tidak mau menghubungi Sarah  lagi, hingga seminggu berikutnya ada telpon yang masuk.


“Assalamu Alaikum, Rano, gimana sehat?"tanya Sarah dengan suara yang lembut


“Wa alaikum salam, sehat Sarah, kok lama nggak bisa tersambung ya” jawabku


“Iya, lagi banyak kerjaan,"jawabnya.


“ Oo iya, Sarah, yuk kita ketemuan yuks,” ajakku untuk bertemu.


“ Nggak bisa, Rano. Paling bisa pulang kantor,”


“ Ok nggak apa-apa, aku siap kok” timpalku.

Akhirnya aku berjanji untuk bertemu dengan Sarah, hari Jumat sepulang jam kantor yaitu jam 17.00WIB bertempat di Halte Saharjo. Di hari Jumat yang sudah kami sepakati, aku pulang mengajar jam 15.00 WIB. Setelah sholat ashar aku pun menuju halte Saharjo yang sudah kita sepakati. Sampai di halte aku pun mengambil posisi duduk yang nyaman karena memang aku harus menunggu sekitar 2 jam. Sambil melihat lalu lalang bis metromini dan mobil di Jalan Saharjo aku tetap sabar menunggu Sarah yang akan datang jam 17.00 WIB. Inilah permulaan perjuangan mencari cinta anak manusia, jadi ya harus sabar menunggu.


Setelah tepat jam 17.00 WIB Sarah belum juga datang. Jam pun bergerak 15 menit, 30 menit Sarah belum juga datang sampai tepat jam 18.00 Sarah memberi kabar bahwa dia tidak bisa datang karena kerjaan banyak. Dia hari ini akan lembur. Mendengar kabar dari Sarah antara marah, kecewa dan kesal menjadi satu karena aku menunggu sudah lama namun janji yang dia berikan ternyata kosong belaka. Namun di akhir telepon dia berkata kapan-kapan lain hari akan diusahakan. Inilah yang membuat aku masih punya pengharapan


Seminggu sejak janji bertemu yang gagal telah berlalu, aku pun sudah tidak berharap banyak lagi. Sudah dua kali sebetulnya hati ini kecewa dengan dia, tetapi  mau bagaimana lagi mungkin sudah takdir aku tidak berjodoh dengannya. Namun kali ini Sarah yang menghubungi ku untuk janjian lagi bertemu, aku pun mengiyakan.


Akhirnya janji yang ke dua ini terlaksana, aku jemput dia ditempat kakaknya di kawasan Kampung Melayu. Kita akhirnya bisa bertemu untuk jalan ke tempat rekreasi.


“ Sarah, mau kah kamu menjadi jodohku,” tanyaku sembari mengiba kepadanya


“ Memang Rano mau dengan ku,"jawabnya


“Mau, mau, mau….” jawabku kegirangan seperti anak kecil.


Akhirnya pada pertemuan itu kami berjanji untuk menjalin hubungan pertemanan ini agar sampai ke jenjang pernikahan. Tidak ada kata-kata romantis dariku karena memang aku memang tidak bisa romantis. Namun aku bertekad dan berjanji untuk menjaga hubungan ini dengan sebaiknya


Sarah ini pada akhirnya menjadi jodohku. Dan aku semakin yakin bahwa memang jodoh itu rahasia Allah saja. Kalau aku tahu bahwa Sarah itu adalah jodohku tentu dari sekolah SMP dan SMA aku akan selalu disampingnya. Tapi itulah jodoh yang mendapatkannya perlu perjuangan yang berliku-liku.

Wonogiri/ 4 September 2022

Agung Pramono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun