"Nak hati-hati ya di Jakarta. Berbuat baiklah pada sesama." pesan pak Karto.
" Iya Nak. Jaga dirimu baik-baik. Jangan lupa sholat 5 waktumu," bu Suti menambahkan pesannya.
Stasiun Balapan jadi saksi Anto memulai merantau di Jakarta. Demi sebuah cita-cita luhur dia harus meninggalkan kota Solo.
Berbekal keahlian menjadi tukang. Sekolahnya hanya lulusan SMP. Tak mungkin mengandalkan ijazah SMP.
Perjalanan kehidupan dimulai. Awalnya tetangga membutuhkan keahliannya merenovasi rumah. Berikutnya mengerjakan ruko. Pelan namun pasti menjadi pemborong kecil-kecilan. Berikutnya sukses menjadi pengusaha properti.
"Pak Anto, ada yang mencari." kata pegawainya.
"Siapa pak Arman yang mencari saya." Â jawab pak Anto.
Ternyata yang mencari juragan tanah di Cengkareng. Pak Abdi pemilik tanah seluas 2 ha ingin bekerja sama dengan pak Anto.
" Pak Anto bagaimana bila kita kerja sama, saya tanahnya. Bapak menyiapkan rumahnya."
"Siap pak." jawab pak Anto mantab. Keduanya berjabatan tanda deal dengan apa yang sudah  disepakati.
Kesepakatan berjalan dengan baik. Kerja pak Anto pun bagus. Sampai akhirnya Anto dijodohkan dengan anak pak Abdi. Bernama Rani.