“Apa Nak Arya. Anita membatalkan pernikahan, maksudmu!” tanya pak Dirman dengan suara tinggi.
Ternyata pak Dirman juga tidak tahu kenapa Anita tega membatalkan pernikahannya. Pak Dirman dan keluarga juga bingung. Akhirnya aku dan keluarga pulang dengan tangan hampa.
Malam pun beranjak ke peraduannya, aku tak mampu untuk memejamkan mata ini. Pikiranku melayang memikirkan Anita, kenapa dia tidak datang pada saat hari bahagia ini.
Memang akhir-akhir ini dia mulai berubah namun aku tak membayangkan kejadian seperti ini. Lama aku merenung, ada perasaaan marah karena aku sudah dikhianati namun juga ada perasaan sedih tidak jadi menikah dengan dia. Disisi lain ada perasaan takut Anita tidak datang telah terjadi sesuatu padanya.
Keesokan harinya aku pun masih termenung meratapi nasib, kenapa semua bisa begini dan menimpaku. Akupun enggan untuk keluar dari kamar, hingga ibuku memanggilku bahwa ada utusan dari pak Dirman.
“Nak Arya ada tamu, utusan dari pak Dirman,” suara Ibuku mengetuk pintu kamarku
“Iya bu, sebentar.” Jawabku
Akhirnya aku menemui utusan dari pak Dirman. Pesan dari utusan pak Dirman bahwa pernikahan tetap dilangsungkan. Aku dijodohkan dengan sepupu Anita bernama Rengganis.
Sepupu Anita ini jebolan pesantren. Mendengar berita itu untuk kebaikan bersama akhirnya akupun mengiyakan menikah dengan Rengganis tersebut.
“Besok Nak Arya tetap menikah dengan sepupu Anita,” kata pak Narto utusan pak Dirman
“Saya kan belum mengenal Rengganis pak,” jawabku bernada protes.