"Berarti kamu nggak jadi menikah dong"? tanya ibu yang ganti tertegun.
Namun agar suasana cepat terkendali. Ibuku langsung menenangkanku.
"Ya sudah memang ini takdirmu," bujuk ibu pelan kepadaku.
"Iya, ibu," jawabku pelan.
Akupun akhirnya mencoba menerima kenyataan ini, walaupun berat dirasa. Anita gadis tetangga desa, yang ku kenal saat merantau di Jakarta. Sudah setahun kami menjalani pertemanan yang didasari cinta dan akhirnya sepakat untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Dari perkenalan Anita anak tunggal dari pak Dirman seorang pengusaha yang sukses. Keluarga kami sudah setuju dengan pernikahan ini.
Namun apa daya Anita mengingkarinya. Padahal undangan sudah disebar, semua perlengkapan pernikahan sudah dipesan. Semua biaya sudah dikeluarkan termasuk biaya hiburan.
Namun sebagai laki-laki aku harus menyelesaikan masalah ini. Aku harus menemui pak Dirman bapaknya Anita malam ini. Aku takut Anita tidak datang di hari pernikahan itu mungkin ada yang mengancam atau mungkin diganggu oleh pemuda lain. Sampai di rumah pak Dirman, kami di sambut dengan baik.
“Pak Dirman, kok persiapan pernikahan sudah beres?” tanyaku pada pak Dirman
“Iya Nak, kan besok hari pernikahanmu dan Anita,”jawab pak Driman.
“Memang Anita nggak ngasih kabar pak, bahwa besok dia tidak bisa pulang,”tanyaku lagi