***
Ku buka surat dari calon istriku, Anita. Ku buka dengan segera karena sudah tak sabar lagi. Besok hari pernikahan mengapa Anita mengirim sebuah surat. Setelah ku buka, tak percaya dengan apa yang ku baca.
Mas Arya.
Aku tahu mas Arya mengharapkanku
Namun aku tidak bisa datang dihari perkawinan kita
Anita.
Kepalaku terasa berat, mataku kunang-kunang. Wajahku tampak memerah, gigiku beradu dan tanpa sadar surat dari Anita ku sobek- sobek. Gelas yang ada di meja pun tak luput dari sasaran.
"Arya, apa yang kau lakukan?" tanya ibu dari dapur.
Akupun tak menghiraukan pertanyaan dari ibu. Aku lagi kecewa dengan Anita, gadis yang ku pacari selama 1 tahun tega melakukan semua ini.
"Sudahlah Nak" suara ibuku ternyata sudah ada disampingku. Sembari menenangkan diriku yang sedang kacau.
"Arya, ada apa nak kok kamu marah seperti itu "? tanya ibu.
"A ... anita bu, telah melukai hatiku" jawabku dengan sedih.
"Kenapa dengan Anita, Arya?" tanya ibu dengan tangannya mengusap rambutku. Akupun jatuh dipelukan ibu. Pelukan yang selalu ku tuju kalau aku sedang bersedih.
"Anita mengabarkan lewat surat bahwa dia tidak bisa pulang bu, yang berarti besok dihari pernikahan hanya ada aku bu,"jawabku