Why
Audit pajak sering kali menjadi isu yang kompleks karena melibatkan berbagai aspek, seperti kepatuhan fiskal, kejujuran pelaporan, dan etika pengawasan. Kompleksitas ini sering diperburuk oleh adanya konflik kepentingan, tekanan eksternal, dan kurangnya pemahaman atas prinsip-prinsip moral yang kuat. Dalam situasi seperti ini, kebatinan Ki Ageng Suryomentaram menawarkan pendekatan yang dapat menjadi landasan moral yang kokoh.
Pendekatan ini relevan karena Enam SA memberikan panduan yang sederhana namun mendalam untuk menghadapi tantangan hidup, termasuk dalam konteks profesional seperti audit pajak. Misalnya, prinsip Sa-butuhne (sebutuhnya) mengajarkan auditor untuk fokus pada kebutuhan dasar pekerjaan tanpa terpengaruh oleh tekanan materialistik. Sa-benere (sebenarnya) menekankan kejujuran dalam pelaporan dan pengawasan, sehingga hasil audit mencerminkan kebenaran yang objektif.
Selain itu, ajaran ini membantu meminimalkan sifat buruk yang sering kali muncul dalam praktik audit, seperti iri, sombong, atau rasa was-was yang tidak beralasan. Sifat-sifat ini dapat mengganggu proses pengambilan keputusan dan menciptakan ketidakseimbangan dalam pelaksanaan audit pajak. Dengan menerapkan Enam SA, auditor dapat mengembangkan ketahanan emosional dan mental yang lebih baik, sehingga mereka mampu bekerja dengan lebih jujur, transparan, dan efisien.
Ajaran Ki Ageng Suryomentaram juga menekankan pentingnya memahami diri sendiri sebelum mengelola orang lain. Dalam konteks kepemimpinan modern, ini menjadi sangat relevan karena seorang pemimpin yang memahami dirinya sendiri akan lebih mampu mengambil keputusan yang bijak, mengelola tim dengan baik, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Oleh karena itu, nilai-nilai ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam menciptakan sistem audit pajak yang lebih etis dan efektif.
How
Aplikasi nilai-nilai kebatinan dalam audit pajak dapat diwujudkan melalui berbagai langkah strategis yang bertujuan untuk memperkuat integritas dan efektivitas proses audit. Berikut adalah beberapa cara implementasinya:
- Penerapan Enam SA dalam Praktik Audit: Auditor dapat menanamkan sikap hidup sederhana dengan hanya fokus pada hal-hal yang benar-benar dibutuhkan dalam pekerjaannya. Prinsip Sa-cukupe (secukupnya) misalnya, mendorong auditor untuk menghindari pengambilan keputusan yang didasarkan pada ambisi berlebihan atau kepentingan pribadi. Dengan menerapkan Sa-mesthine (semestinya), auditor dapat memastikan bahwa semua tindakan yang dilakukan sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.
- Refleksi Diri dalam Proses Keputusan: Salah satu ajaran utama Ki Ageng adalah pentingnya refleksi diri atau "meruhi gagasane dewe." Dalam konteks audit pajak, auditor dapat menggunakan refleksi diri ini untuk menilai apakah keputusan mereka telah mencerminkan kejujuran dan integritas. Refleksi ini dapat dilakukan melalui evaluasi rutin atau diskusi bersama tim untuk memastikan bahwa semua langkah yang diambil telah sesuai dengan prinsip moral dan profesional.
- Transformasi Budaya Kerja: Nilai-nilai kebatinan dapat diintegrasikan ke dalam pelatihan kepemimpinan dan pengembangan budaya kerja. Dengan menanamkan ajaran Enam SA ke dalam program pelatihan, perusahaan atau institusi dapat menciptakan budaya kerja yang lebih etis, transparan, dan adaptif. Misalnya, prinsip Sa-benere (sebenarnya) dapat menjadi dasar untuk membangun komunikasi yang jujur dan terbuka di antara anggota tim.
- Pendekatan Stoik dalam Resolusi Konflik: Dalam situasi konflik, auditor sering kali dihadapkan pada tekanan untuk membuat keputusan cepat. Dengan menggunakan pendekatan stoik yang diajarkan Ki Ageng, auditor diajak untuk memisahkan emosi dari fakta dan fokus pada solusi yang logis. Konsep "mulur mungkret," yang mengajarkan bahwa semua hal bersifat sementara, dapat membantu auditor menghadapi tekanan dengan lebih tenang dan rasional.
- Penguatan Kejujuran dan Transparansi: Ajaran Ki Ageng yang menekankan pentingnya Sa-benere dan Sa-mesthine dapat diterapkan dengan memperkuat mekanisme pelaporan dan pengawasan yang transparan. Auditor didorong untuk selalu bekerja berdasarkan data dan fakta, serta menghindari bias atau pengaruh eksternal yang dapat merusak integritas proses audit.
Dengan langkah-langkah ini, nilai-nilai kebatinan Ki Ageng Suryomentaram tidak hanya relevan dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan sistem audit pajak yang lebih baik, efektif, dan bermoral.
Referensi:
- Prof. Apollo, Modul K15. Universitas Mercu Buana, 2014.
- Suryomentaram, Ki Ageng. Enam SA: Sa-butuhne, Sa-perlune, Sa-cukupe, Sa-benere, Sa-mesthine, dan Sak-penake.
- Trait Theories of Leadership. Watak Diri Sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H