Pelatihan yang menekankan kebajikan moral akan mendorong karyawan untuk memahami bahwa kepatuhan adalah bagian dari tanggung jawab moral mereka terhadap organisasi dan masyarakat, bukan sekadar kewajiban hukum.Â
Karyawan yang hanya patuh karena takut akan sanksi cenderung tidak memiliki komitmen jangka panjang terhadap aturan tersebut, sedangkan mereka yang berkomitmen pada nilai-nilai etis akan lebih mungkin mematuhi aturan secara konsisten.
Dalam implementasi CRM yang berlandaskan pada etika Aristoteles, evaluasi dan refleksi moral juga menjadi komponen penting. Setiap keputusan kepatuhan harus dipertimbangkan dalam konteks moral, bukan hanya dari perspektif hukum atau profit. Pemikiran kritis dan diskusi tentang nilai-nilai etis di dalam perusahaan akan membantu memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil sejalan dengan prinsip-prinsip kebajikan.
Dengan demikian, CRM yang mengadopsi pendekatan etika Aristoteles tidak hanya berfokus pada prosedur formal tetapi juga pada penciptaan lingkungan kerja yang mendorong integritas, kejujuran, dan keadilan.Â
Hal ini akan memastikan bahwa organisasi tidak hanya mematuhi peraturan dari segi teknis, tetapi juga menjalankan bisnisnya dengan tanggung jawab sosial yang lebih besar.
Pemikiran Cartesian tentang Rasionalitas dan CRM
Rasionalitas dalam CRM
René Descartes, melalui filsafat skeptisisme metodisnya, mengajarkan pentingnya mempertanyakan segala sesuatu untuk menemukan kebenaran yang pasti. Prinsip ini sangat relevan dalam Compliance Risk Management (CRM), yang sering kali terjebak dalam rutinitas kebijakan lama tanpa mempertanyakan apakah pendekatan tersebut masih efektif dalam konteks yang berubah. Menurut Descartes, organisasi harus secara rasional dan kritis menguji setiap aspek CRM, mulai dari kebijakan hingga prosedur yang diimplementasikan.Â
Rasionalitas dalam CRM tidak hanya berfokus pada penerapan aturan, tetapi juga pada refleksi terus-menerus mengenai kegunaan dan keberlanjutan dari aturan tersebut.
Penerapan pemikiran Cartesian dalam CRM berarti mempertimbangkan validitas kebijakan kepatuhan secara berkala, menguji keefektifannya, dan tidak berpegang teguh pada keyakinan atau kebijakan yang sudah tidak relevan. Descartes percaya bahwa semua keputusan harus melalui proses keraguan metodologis—di mana kita tidak menerima sesuatu sebagai benar kecuali telah diuji secara menyeluruh melalui penalaran yang kritis.
Mengapa Skeptisisme Penting?
Skeptisisme metodis Descartes berfungsi sebagai fondasi untuk membangun kebenaran yang objektif dan rasional. Dalam konteks CRM, skeptisisme penting karena menghindarkan organisasi dari jebakan kepatuhan formalitas atau kebijakan usang yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Ketika organisasi gagal mempertanyakan efektivitas prosedurnya, mereka rentan terhadap risiko operasional, hukum, dan reputasi.Â