Ibnu Sina, Al-Ghazali, Sahl Al-Baihaki, Ibnu Khaldun.
Disini saya akan menjelaskan psikologi dari Ibnu Khaldun
 Anda harus tau, beliau-beliau adalah ilmuwan-ilmuwan muslim.
"Ibn Khaldun membagi akal menjadi empat:
akal yang membedakan, akal yang bereksperimen, akal yang berspekulasi, dan akal yang melampaui. Karena berpikir adalah anugerah yang hanya dimiliki manusia, sesuatu yang menjadikan kita istimewa di tengah ciptaan."
Hening sesaat, ia melanjutkan,
"Firah---kecenderungan bawaan dari Sang Pencipta---menjadi cermin bagi jiwa kita. Setiap manusia, setiap masyarakat, dan bahkan setiap peradaban diukur dengan Firah ini. Ibn Khaldun percaya, dengan hidup seimbang mengikuti aturan Ilahi, kita menemukan harmoni dalam kesederhanaan, seperti mereka yang hidup selaras dengan alam."
Suara itu mengalun, menciptakan suasana tenang dalam kelas.
"Lingkungan, bagi Ibn Khaldun, membentuk karakter kita. Dunia yang mengelilingi kita, ibarat air yang mengikis bebatuan, perlahan-lahan mengukir siapa diri kita. Ketidakadilan dan agresi, mereka lahir dari sisi hewani kita. Namun, kita diberi akal dan Firah untuk melawan itu."
Ia berhenti, menatap teman-temannya, sebelum melanjutkan dengan lebih halus,
"Bahasa, kata Ibn Khaldun, adalah kunci ke dalam pikiran. Kata-kata yang berulang membentuk pemahaman, seperti tetes air yang terus-menerus jatuh ke batu, menciptakan pola yang dalam. Bahasa tak hanya alat, tapi sarana untuk memahami dan diingat."