Para pegawai mulai bergunjing, "Mungkin kerannya protes, Pak Menteri kan jarang basah."
Rakyat yang Tertindas
Tak cukup dengan WiFi dan air, Raja Sabodo juga dikenal gemar merombak struktur kerajaan. Pegawai dipecat seperti mengganti baterai remote. Kabarnya, istrinya turut menjadi "penasihat kebijakan".
"Bapak mau jadi pemimpin atau host acara masak? Kok semua disetir?" celetuk salah satu pegawai, tentu saja di grup anonim.
Yang paling ironis adalah ketika seorang pegawai senior, Bu Nian, dipecat hanya karena tidak tahu cara mengganti meja dengan level "sesuai kehormatan istri menteri" yang konon cemburuan. "Meja ini terlalu rendah, seperti merendahkan martabat keluarga saya!" ujar Ibu Menteri.
Bu Nian pun bergumam, "Saya pegawai negeri, bukan konsultan interior..."
 "Attitude ibu menteri ini juga disayangkan. Kalau bicara itu kasar. Coba kalau bicara halus, kan semua jadi mulus dan bagus", ungkapnya ke wartawan yang bersemangat mengejar isu ini.
Alhasil, tak kuat menahan beban kehidupan, mungkin juga beban utang, dan beban kerjaan, maka mereka pun kompak demo berjamaah. Lalu, bertebaranlah banyak ucapan. Ucapannya berupa karangan bunga dan spanduk terpasang di pagar depan Kantor Menteri Teknologi Kecanggihan. "'Pak Presiden, Selamatkan Kami dari Ketidakbahagiaan. Kami butuh Menteri Ramah Bukan Menteri Pemarah, Suka Berkelakar dan Hebat, Bukan Suka Main Tampar dan Pecat'
Terbentang pula dua spanduk bertuliskan: 'Kami Pegawai Hebat, Dibayar oleh Negara Kuat, Bekerja untuk Negara Hebat, Bukan Selalu Diancam dan Main Pecat' dan 'Institusi Negara Bukan Selera Seperti Emosi Jiwa'.
Massa yang hadir menyuarakan keluhan terkait dugaan arogansi Menteri Rasa Raja dan keluarganya yang dianggap mencampuri urusan kementerian.
Filosofi Air dan WiFi