"Ilmu sejati bukanlah sekadar hafalan, tetapi cahaya yang menerangi hati, memberi manfaat, dan menjadi solusi bagi sesama."
Nak, saat surat ini Ayah buat, Ayah dan Ibu di kampung sedang baik-baik saja. In Syaa Allah, di waktu yang baik dan tepat, ayah dan ibu akan main ke kotamu sana. Kita cari buku yang bagus-bagus, jalan pagi bersama, dan makan bersama.
Nak, kali ini, ayah ingin berbagi dan bercerita tentang ilmu. Ketika kita berbicara tentang ilmu, Ayah ingin engkau selalu ingat bahwa ilmu bukanlah sekadar angka-angka, IPK, gelar, atau prestasi akademik. Ilmu itu, adalah cahaya yang akan memberi manfaat kepada pemiliknya dan orang-orang di sekitarnya. Jangan sampai engkau terjebak pada sekadar menghafal teori, tapi lupa pada esensi dari ilmu itu sendiri. Ayah ingin bertanya kepadamu, Nak: apa yang sebenarnya engkau cari dari ilmu?
Esensi Ilmu dalam Kehidupan
Nak, ada pesan yang sangat indah dari Imam Syafi'i yang selalu Ayah ingat. Beliau berkata, "Ilmu itu bukan yang dihafal, tetapi yang memberi manfaat." Kata-kata ini sangat sederhana, tapi memiliki makna yang begitu dalam. Ilmu, adalah alat untuk menciptakan perubahan yang baik, baik dalam dirimu sendiri maupun bagi orang lain. Maka, sebanyak apa pun ilmu yang engkau miliki, jika itu tidak mampu memberi manfaat kepada orang lain, itu hanya menjadi sekadar hafalan yang tidak berarti.
Ayah tahu, engkau mungkin senang dengan gelar, nilai, atau pengalaman yang telah engkau raih. Tapi cobalah engkau renungkan, Nak, sejauh mana itu semua mampu menjawab kebutuhan orang-orang di sekitarmu? Apakah ilmu yang engkau punya bisa menjadi solusi bagi mereka? Ingatlah, Nak, orang-orang tidak akan peduli seberapa luas wawasanmu, melainkan seberapa besar manfaat yang engkau berikan kepada mereka.
Ilmu yang Menghidupkan Hati
Ada orang yang punya ilmu untuk dipamerkan, tentu saja itu tidaklah baik. Ilmu itu untuk diamalkan. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." Jadilah seperti itu, Nak. Ilmu yang sejati adalah ilmu yang mampu menghidupkan hati, menyelesaikan masalah, dan menjadi jalan hidayah bagi sesama.
Saat engkau bertemu dengan orang lain, dengan siapa pun itu, In Syaa Allah akanselalu ada ilmu yang bisa engkau ambil. Tapi jangan terlalu sibuk berbicara hingga lupa mendengarkan. Mendengar itu, Nak, adalah cara untuk belajar. Dalam diam, engkau punya ruang untuk mencatat, merenung, dan memahami apa yang disampaikan orang lain. Saat engkau mendengar dengan hati yang tulus, engkau akan menemukan pelajaran berharga yang mungkin tidak ada di buku, di bangku sekolah, atau ruang kuliah.
Rendah Hati: Kunci Mengalirnya Ilmu
Nak, Ayah ingin engkau selalu ingat, rendah hati itu adalah syarat agar ilmu bisa mengalir. Seperti air yang selalu mencari tempat yang lebih rendah, ilmu pun hanya akan turun kepada mereka yang tidak sombong. Jika engkau merasa sudah tahu segalanya, Nak, pintu untuk ilmu baru akan tertutup. Sebaliknya, jika engkau tetap haus akan pengetahuan dan rendah hati, ilmu akan berkumpul di diri dan hatimu. Dan engkau, akan terus tumbuh.
Ayah ingin engkau mengevaluasi dirimu sendiri. Apakah engkau sudah cukup rendah hati dalam menyikapi ilmu yang engkau miliki? Apakah engkau sudah berusaha mendengar dan memahami orang lain sebelum berbicara? Rendah hati bukan berarti merendahkan diri, Nak, tetapi membuka hati untuk terus belajar dari siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.
Membagikan Ilmu: Amal yang Berkelanjutan
Nak, ilmu yang tidak diamalkan dan dibagikan akan sia-sia. Tulislah, ajarkanlah, atau bagikanlah ilmu itu kepada orang lain. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barang siapa yang menunjukkan kebaikan, maka dia mendapatkan pahala seperti pelakunya." Jadi, Nak, berbagi ilmu bukan hanya akan bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga menjadi amal jariyah untukmu.
Sekarang ini, Nak, membagikan ilmu menjadi lebih mudah. Engkau bisa menuliskan catatan kecil di media sosial, membuat video edukasi, atau sekadar berbagi nasihat kepada teman-temanmu. Yang terpenting adalah niat yang lurus dan keinginan untuk memberi manfaat.
Kesimpulan: Ilmu Sebagai Cahaya Kehidupan
Pada akhirnya, Nak, ilmu yang sejati adalah ilmu yang mampu membawa cahaya dalam kehidupan kita dan orang lain. Ia bukan sekadar hafalan, tetapi tindakan nyata yang memberikan solusi dan inspirasi. Seperti air yang menghidupkan tanaman, ilmu yang bermanfaat akan menghidupkan hati dan pikiran manusia.
Maka, mari kita renungkan bersama, Nak, apakah ilmu yang engkau miliki sudah benar-benar memberi manfaat? Jika belum, Ayah ingin engkau mulai berbenah. Dengarkanlah, renungkanlah, dan bagikanlah ilmu itu. Semoga setiap langkahmu dalam mencari dan mengamalkan ilmu menjadi bagian dari jalan menuju rida Allah SWT. Aamiin ya robbal alamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H