Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Amalan dan Kemuliaan untuk Meniti Jalan Menuju Ridha Allah

4 November 2024   05:33 Diperbarui: 4 November 2024   07:31 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jagalah hati & ingatlah selalu bahwa kemuliaan sejati ada pada takwa, bukan pujian manusia.|Image: Ilustrator AFM

"Amalan yang diterima adalah rahasia Allah. Tidak ada yang lebih tinggi dari ketakwaan dan keikhlasan dalam beramal. Saat manusia tak melihat kita, penghuni langit mungkin sudah mengenal kita. Tinggikan ruh, perindah niat, karena hanya penilaian Allah yang abadi."

Hidup ini senyatanya sungguh singkat. Namun dalam kehidupan ini, kita kerap bertanya, apa yang menjadikan suatu amalan mulia di sisi Allah? Dalam Al-Qur'an dan hadis, Allah dan Rasul-Nya banyak memberikan petunjuk tentang bagaimana mencapai kemuliaan hakiki, yang jauh dari sekadar pujian manusia atau penghargaan duniawi. Melalui perenungan dan pemahaman yang mendalam, mari kita bersama merenungi keutamaan amal yang ikhlas dan kemuliaan yang sesungguhnya.

1. Allah Menyembunyikan Penerimaan Amalan untuk Menjaga Keikhlasan

Allah SWT, dengan rahmat-Nya yang luas, tidak mengungkapkan apakah suatu amalan diterima atau tidak. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Ma'idah: 27)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa amalan yang diterima adalah amalan yang dilandasi ketakwaan. Ketidakpastian mengenai penerimaan amal adalah agar kita tidak sombong atau terlena. Sebaliknya, Allah ingin kita senantiasa bertanya pada diri, apakah amalan yang kita lakukan ini benar-benar ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah? Karena itu, kita terus berada dalam keadaan muhasabah, introspeksi, yang mengarahkan kita pada keikhlasan dalam beramal.

2. Harapan dalam Taubat yang Selalu Terbuka

Saat merasa lemah atau khawatir, Allah membuka pintu taubat agar kita selalu punya kesempatan untuk kembali dan memperbaiki diri. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya selama ruh belum sampai ke tenggorokan.”
(HR. Tirmidzi)

Allah adalah Al-Ghafur (Maha Pengampun) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang). Dalam Al-Qur’an juga disebutkan:

“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53)

Ayat dan hadis ini adalah sumber harapan yang tidak pernah putus. Harapan ini adalah kekuatan yang mendorong kita untuk terus memperbaiki diri, melepaskan segala kesalahan, dan kembali kepada jalan Allah dengan penuh cinta.

3. Penentuan Amalan Terakhir sebagai Penentu Status Kehidupan

Amalan terakhir seseorang menjadi cerminan konsistensi dan keteguhan hatinya. Rasulullah SAW bersabda:

“Seseorang itu akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan terakhirnya.”
(HR. Muslim)

Hadis ini mengingatkan kita agar selalu istiqamah dalam amal kebaikan hingga akhir hayat. Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”
(QS. Ali Imran: 102)

Ayat ini adalah peringatan agar kita senantiasa memperbaharui niat dan berusaha keras untuk menutup hidup dengan amal shalih. Konsistensi dalam kebaikan, meskipun sedikit, sangat dicintai Allah.

4. Kualitas Ruh Lebih Tinggi daripada Raga

Allah menempatkan ruh jauh lebih tinggi daripada jasad fisik kita. Dalam surat Al-Mu'minun, Allah menggambarkan penciptaan manusia dari tanah, namun Allah kemudian meniupkan ruh ke dalamnya sebagai tanda kemuliaan:

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya...” (QS. As-Sajdah: 9)

Kita diingatkan untuk menjaga kesucian ruh dengan mengisi kehidupan ini dengan amal yang ikhlas. Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim mengatakan:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian, dan tidak pula kepada penampilan kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amalan kalian.”
(HR. Muslim)

Ruh yang bersih adalah yang selalu dekat dengan Allah dan tidak terpengaruh oleh keduniaan. Inilah yang menjadi hakikat kemuliaan dalam Islam.

5. Penghuni Langit yang Mengenal Hamba yang Mulia

Banyak yang berlomba-lomba untuk dikenal manusia, namun lupa bahwa kemuliaan sejati adalah dikenal oleh penghuni langit. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

“Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, ‘Aku mencintai Fulan, maka cintailah dia.’ Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penghuni langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia.’ Lalu seluruh penghuni langit mencintainya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa kemuliaan hakiki adalah ketika seseorang dicintai oleh Allah dan para malaikat. Kemuliaan ini jauh lebih tinggi daripada sekadar popularitas atau pengakuan dunia.

6. Ukuran Takwa Sebagai Standar Kemuliaan

Allah SWT telah menetapkan ukuran kemuliaan dalam Islam adalah ketakwaan. Allah berfirman:

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Ayat ini menegaskan bahwa kemuliaan tidak diukur dari kekayaan, kedudukan, atau penampilan fisik, tetapi dari ketakwaan. Takwa adalah rasa takut yang mendalam kepada Allah, yang melahirkan ketaatan dan kedekatan kepada-Nya. Dalam takwa, kita menemukan ketenangan, kekuatan, dan keberanian untuk tetap berada di jalan kebenaran.

7. Fokus pada Penilaian Allah, Bukan Penilaian Manusia

Akhirnya, kita diajak untuk selalu memusatkan perhatian pada pandangan Allah, bukan pada pandangan manusia. Allah SWT berfirman:

“Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah: 8)

Kemuliaan sejati ada pada cinta dan ridha Allah. Penilaian manusia hanyalah sementara, tetapi penilaian Allah abadi. Dalam kehidupan ini, mungkin kita tak selalu mendapatkan pengakuan atau penghargaan dunia, tetapi kita harus yakin bahwa Allah selalu melihat niat, perjuangan, dan keikhlasan kita. Hanya Dia yang menjadi tujuan utama kita.

Kesimpulan

Amalan yang diterima oleh Allah adalah rahasia-Nya yang mendalam. Pintu taubat yang selalu terbuka memberi kita harapan untuk memperbaiki diri. Amalan terakhir menjadi pengingat agar kita tetap istiqamah dalam iman hingga akhir hayat. Kemuliaan bukan pada fisik atau popularitas, tetapi pada kualitas ruh yang suci. Kita pun diingatkan bahwa kemuliaan tertinggi adalah dikenal dan dicintai oleh Allah dan penghuni langit, bukan sekadar popularitas di dunia. Takwa adalah standar kemuliaan di sisi Allah, bukan penilaian manusia.

Semoga kita menjadi hamba yang diterima amalnya, yang dicintai oleh Allah dan penghuni langit, serta dapat kembali kepada-Nya dengan hati yang tenang. Aamiin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun