“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat dan hadis ini adalah sumber harapan yang tidak pernah putus. Harapan ini adalah kekuatan yang mendorong kita untuk terus memperbaiki diri, melepaskan segala kesalahan, dan kembali kepada jalan Allah dengan penuh cinta.
3. Penentuan Amalan Terakhir sebagai Penentu Status Kehidupan
Amalan terakhir seseorang menjadi cerminan konsistensi dan keteguhan hatinya. Rasulullah SAW bersabda:
“Seseorang itu akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan terakhirnya.”
(HR. Muslim)
Hadis ini mengingatkan kita agar selalu istiqamah dalam amal kebaikan hingga akhir hayat. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”
(QS. Ali Imran: 102)
Ayat ini adalah peringatan agar kita senantiasa memperbaharui niat dan berusaha keras untuk menutup hidup dengan amal shalih. Konsistensi dalam kebaikan, meskipun sedikit, sangat dicintai Allah.
4. Kualitas Ruh Lebih Tinggi daripada Raga
Allah menempatkan ruh jauh lebih tinggi daripada jasad fisik kita. Dalam surat Al-Mu'minun, Allah menggambarkan penciptaan manusia dari tanah, namun Allah kemudian meniupkan ruh ke dalamnya sebagai tanda kemuliaan:
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya...” (QS. As-Sajdah: 9)