Rasulullah diutus tidak hanya untuk mengajarkan ayat-ayat Allah, tetapi juga untuk menyucikan jiwa manusia dari noda-noda yang menghalangi mereka memasuki surga. Dalam doa Nabi Ibrahim, ia memohon agar umat manusia diberikan Rasul yang tidak hanya membacakan ayat-ayat Allah, tetapi juga menyucikan jiwa mereka:
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri. Rasul yang membacakan ayat-ayat-Mu, mengajarkan Kitab dan Hikmah, serta mensucikan mereka. Sungguh, Engkau Mahaperkasa, Mahabijaksana" (QS. Al Baqarah 2: 129)
Tazkiyatun nafs, penyucian jiwa, memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang hamba. Dengan jiwa yang suci, hati seorang mukmin akan bersih dan murni, sehingga hanya berharap kepada ridha Allah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman tentang pentingnya hati yang bersih di akhirat kelak:
"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati bersih" (QS. Asy-Syuara 26: 89)
Hati yang bersih adalah hati yang dipenuhi oleh keikhlasan, jauh dari kebencian, kedengkian, atau ambisi duniawi. Ikhlas menjaga hati dari segala penyakit ruhani yang merusak, seperti riya', ujub, dan takabbur. Rasulullah pun bersabda bahwa ada tiga perkara yang menjadikan hati seorang mukmin tetap teguh:
"Ada tiga perkara yang menjadikan hati seorang mukmin tidak menjadi seorang pengkhianat, yaitu: ikhlas beramal karena Allah, memberikan nasihat yang baik kepada pemimpin kaum muslimin, dan senantiasa komitmen kepada jama'ah kaum Muslimin." (HR Bazzar)
Hadis ini menunjukkan bahwa ikhlas bukan hanya tentang niat dalam ibadah, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk interaksi sosial dan tanggung jawab terhadap sesama.
Tantangan dalam Meraih Keikhlasan
Ikhlas bukanlah hal yang mudah dicapai. Setiap hamba pasti diuji dengan berbagai cobaan yang menggoda keikhlasan. Seringkali, tanpa disadari, riya' menyusup dalam amal ibadah, membuat seseorang berharap pujian atau pengakuan dari manusia. Inilah sebabnya mengapa tazkiyatun nafs harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus, agar hati senantiasa bersih dan terhindar dari godaan dunia.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya." (Asy-Syams 91: 9)
Beruntunglah mereka yang berhasil menjaga hati mereka tetap ikhlas, yang beramal hanya untuk Allah, dan menjauhi segala bentuk kepura-puraan. Mereka inilah yang akan meraih kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.