"Keputusan memilih atau tidak memilih bukan hanya soal hak, tapi tanggung jawab untuk mengelola risiko masa depan bangsa."
Mensikapi Gerakan "Coblos Semua Paslon" dan "Golput" dalam perspektif risk management itu sangat menarik. Menarik karena fenomena ini sekarang kian mengemuka, dan perlu dikalkulasi dampaknya.
Kita tahu, dalam perjalanan demokrasi Indonesia, perdebatan terkait partisipasi politik selalu menjadi sorotan.Â
Terutama ketika fenomena gerakan coblos semua paslon dan golput mulai muncul dalam berbagai kontestasi pemilu. Kedua fenomena ini mencerminkan ekspresi ketidakpuasan masyarakat terhadap proses politik yang berlangsung.
Namun, dari sudut pandang risk management, bagaimana kita seharusnya menyikapi gerakan ini? Bagaimana dampaknya terhadap kualitas demokrasi dan legitimasi proses pemilu?
1. Fenomena Coblos Semua Paslon: Aksi Simbolis yang Mengandung Risiko
Gerakan coblos semua paslon merupakan bentuk protes terhadap kurangnya pilihan atau ketidakpuasan terhadap calon-calon yang ada. Dari perspektif risk management, tindakan ini menimbulkan setidaknya dua risiko signifikan terhadap integritas pemilu.
Pertama, berpengaruh pada kualitas Pemilu.
Dalam konteks risk management, gerakan ini menciptakan risiko utama berupa meningkatnya surat suara tidak sah, yang mengurangi legitimasi pemilu.Â
Kualitas pemilu menjadi terancam karena meningkatnya jumlah suara yang tidak berfungsi secara efektif. Ini memicu ketidakpastian dalam hasil pemilu, mengaburkan preferensi politik masyarakat, dan mengurangi kredibilitas sistem demokrasi.
Kedua, pendidikan politik yang tergerus.