Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Golput atau Coblos Semua, Menakar Risiko dari Perspektif Risk Management

13 September 2024   16:37 Diperbarui: 14 September 2024   12:14 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Keputusan memilih atau tidak memilih bukan hanya soal hak, tapi tanggung jawab untuk mengelola risiko masa depan bangsa."

Mensikapi Gerakan "Coblos Semua Paslon" dan "Golput" dalam perspektif risk management itu sangat menarik. Menarik karena fenomena ini sekarang kian mengemuka, dan perlu dikalkulasi dampaknya.

Kita tahu, dalam perjalanan demokrasi Indonesia, perdebatan terkait partisipasi politik selalu menjadi sorotan. 

Terutama ketika fenomena gerakan coblos semua paslon dan golput mulai muncul dalam berbagai kontestasi pemilu. Kedua fenomena ini mencerminkan ekspresi ketidakpuasan masyarakat terhadap proses politik yang berlangsung.

Namun, dari sudut pandang risk management, bagaimana kita seharusnya menyikapi gerakan ini? Bagaimana dampaknya terhadap kualitas demokrasi dan legitimasi proses pemilu?

1. Fenomena Coblos Semua Paslon: Aksi Simbolis yang Mengandung Risiko

Gerakan coblos semua paslon merupakan bentuk protes terhadap kurangnya pilihan atau ketidakpuasan terhadap calon-calon yang ada. Dari perspektif risk management, tindakan ini menimbulkan setidaknya dua risiko signifikan terhadap integritas pemilu.

Pertama, berpengaruh pada kualitas Pemilu.

Dalam konteks risk management, gerakan ini menciptakan risiko utama berupa meningkatnya surat suara tidak sah, yang mengurangi legitimasi pemilu. 

Kualitas pemilu menjadi terancam karena meningkatnya jumlah suara yang tidak berfungsi secara efektif. Ini memicu ketidakpastian dalam hasil pemilu, mengaburkan preferensi politik masyarakat, dan mengurangi kredibilitas sistem demokrasi.

Kedua, pendidikan politik yang tergerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun