Investigasi Internal -- Apakah Sudah Sesuai Standar ?
Pernyataan Universitas Diponegoro yang menyebutkan bahwa kematian Aulia tidak berkaitan dengan perundungan dan lebih disebabkan oleh masalah kesehatan pribadi, menimbulkan tanda tanya besar. Mengapa investigasi internal dilakukan begitu cepat? Apakah semua bukti telah dipertimbangkan dengan seksama ? Dalam Risk Management, sebuah investigasi harus dilakukan dengan objektivitas, transparansi, dan menyeluruh untuk memastikan semua faktor risiko teridentifikasi dan dievaluasi.
Dalam kasus Aulia, publik mempertanyakan apakah investigasi ini sudah mengikuti standar terbaik dalam manajemen risiko. Sebuah investigasi yang baik tidak hanya sekadar menemukan penyebab langsung, tetapi juga menggali faktor-faktor yang mungkin berkontribusi pada tragedi tersebut. Termasuk didalamnya faktor sistemik dan lingkungan. Adanya dugaan perundungan yang terungkap dari catatan harian Aulia seharusnya menjadi fokus utama yang diinvestigasi secara menyeluruh sebelum sebuah kesimpulan diambil.
Manajemen Krisis dan Komunikasi -- Langkah yang Diambil dan Dampaknya
Universitas Diponegoro dengan cepat mengeluarkan pernyataan untuk merespons krisis ini. Namun, bukannya meredakan situasi, pernyataan tersebut justru menimbulkan gelombang kritik. Dalam manajemen krisis, komunikasi yang terbuka, jujur, dan transparan sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik. Respons yang dianggap terburu-buru dan kurang mempertimbangkan emosi publik justru dapat memperburuk krisis.
Dalam situasi ini, universitas seharusnya mengambil pendekatan yang lebih hati-hati, dengan menunjukkan komitmen untuk menyelidiki semua aspek kasus dengan seksama. Melibatkan pihak ketiga yang independen dalam investigasi juga bisa menjadi langkah yang bijak untuk memastikan bahwa hasil investigasi tidak bias. Sebuah krisis seperti ini adalah ujian nyata bagi manajemen risiko dan komunikasi krisis suatu institusi.
Rekomendasi -- Membangun Sistem Risk Management yang Lebih Kuat
Untuk mencegah terulangnya tragedi seperti ini, institusi pendidikan dokter spesialis perlu memperkuat sistem Risk Management mereka. Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan:
1. Penguatan kebijakan Anti-Bullying. Institusi harus memastikan bahwa kebijakan zero bullying diterapkan dengan ketat dan diawasi secara berkala. Program edukasi dan pelatihan tentang bullying perlu diperluas, mencakup semua tingkat pendidikan, termasuk staf pengajar. Juga di-update dari waktu ke waktu dengan memasukkan semua aspirasi dari mahasiswa dan BEM, sehingga keterlibatan mereka dapat diakomodasi dengan baik dan proposional oleh institusi.
2. Pemantauan kesehatan mental. Program pemantauan kesehatan mental yang berkelanjutan dan sistematis perlu diimplementasikan. Mahasiswa harus merasa aman untuk melaporkan masalah kesehatan mental mereka tanpa takut akan stigma atau dampak negatif pada karier mereka.
3. Transparansi dalam investigasi. Semua investigasi terkait insiden serius harus melibatkan pihak ketiga yang independen untuk memastikan transparansi dan objektivitas. Hasil investigasi harus disampaikan kepada publik dengan jelas, termasuk tindakan yang akan diambil untuk mencegah kejadian serupa.