Kehormatan: Setiap langkah dalam perjalanan ilmu yang bermanfaat adalah bukti kebesaran hati dan ketulusan jiwa. Dalam kesederhanaan dan ketulusan, kita menemukan kebesaran yang sesungguhnya, mencerahkan hati, dan memuliakan jiwa."
"JejakAda sejumlah tanda-tanda bahwa ilmu yang bermanfaat itu telah melekat dan menjadi bagian tak terpisahkan pada diri seseorang. Tanda-tanda ini cukuplah banyak. Namun, secara ringkas setidaknya ada 10 tanda yang akan meningkatkan kehormatan bagi para pemeluk dan pecinta ilmu.
1. Mengamalkan Ilmu.
Praktik adalah fondasi utama dari ilmu yang bermanfaat. Tanpa amal, ilmu hanya menjadi sekadar pengetahuan kosong.
Tidaklah ilmu benar-benar hidup tanpa kehadiran amal yang mulia. Bagi mereka yang memeluk ilmu yang bermanfaat, praktik adalah pilar utama dalam menegakkan kebenaran.
2. Menggunakan Ilmu untuk Kebaikan.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang digunakan untuk kemaslahatan bersama. Menggunakan pengetahuan demi kebaikan umat dan lingkungan adalah tanda kebesaran hati seorang yang berilmu.
Ilmu yang bermanfaat tidak hanya digunakan untuk kepentingan pribadi, namun juga untuk kemaslahatan umat dan lingkungan sekitarnya. Mereka yang berilmu yang bermanfaat akan selalu mencari cara untuk menggunakan pengetahuannya demi kebaikan bersama dan untuk memperbaiki dunia ini.
3. Tawadhu yang Semakin Berkembang.
Kecerdasan sejati tampak dalam rendah hati yang semakin dalam seiring bertambahnya ilmu. Kualitas ini membantu menjaga hati terbuka terhadap pengetahuan baru.
Seiring bertambahnya ilmu, tawadhu pun semakin mengakar dalam jiwa. Semakin banyak ilmu, semakin tawadhu. Mereka tidak tersilau oleh gemerlap dunia, melainkan menemukan keindahan dalam kesederhanaan.
4. Menolak Pujian, Menjauhi Kesombongan.
Sikap rendah hati dan ketidaksukaan terhadap pujian menunjukkan kedalaman pemahaman akan nilai-nilai ilmu.
Kecerdasan sejati bertutur dalam sikap rendah hati dan ketidaksukaan terhadap pujian. Mereka yang berilmu yang bermanfaat tidak terjebak dalam jaringan kesombongan diri.
5. Kemauan untuk Terus Belajar.
Dalam dunia yang terus berubah, keinginan untuk terus belajar adalah kunci untuk tetap relevan dan berkembang.
Mereka yang memiliki ilmu yang bermanfaat tidak pernah puas dengan pengetahuan yang dimilikinya. Mereka selalu merasa ada ruang untuk pertumbuhan dan peningkatan, sehingga senantiasa berusaha untuk terus belajar dan berkembang.
6. Kemurahan Hati dalam Berbagi Ilmu
Bagikan ilmu dengan murid-murid, orang-orang yang membutuhkan, dan masyarakat adalah salah satu cara untuk memperluas manfaat ilmu dan memperkaya kehidupan orang lain.
Keberkahan ilmu terletak pada kemampuannya untuk disebarkan kepada orang lain. Orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat akan bersedia untuk berbagi pengetahuannya dengan murid-muridnya serta dengan masyarakat secara luas, tanpa pamrih dan dengan penuh kemurahan hati.
7. Menghindarkan Diri dari Ketenaran Dunia
Memilih kesunyian dan menghindari gemerlap dunia adalah tindakan bijak bagi mereka yang mencari ilmu yang bermanfaat. Ia tak mencintai kedudukan dan pangkat, menghindari sosotan lampu dan pupularitas, dan mencintai kesederhanaan dan kebersahajaan.
Kedudukan dan ketenaran dunia hanyalah bayangan yang menghalangi cahaya ilmu yang benar. Mereka yang berilmu yang bermanfaat berlari menjauh dari panggung dunia, memilih kesunyian sebagai teman setia.
8. Sabar dalam Menuntut Ilmu.
Kesabaran dan ketekunan adalah kunci untuk menembus batasan-batasan dalam mencari ilmu yang bermanfaat.
Memperoleh ilmu yang bermanfaat membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Mereka yang benar-benar mencintai ilmu akan bersabar dalam menghadapi rintangan dan tantangan yang muncul dalam proses belajar, tanpa pernah menyerah pada kelelahan atau keputusasaan.
9. Sungguh-sungguh Mengkritik Diri, Penuh Penghargaan pada Orang Lain.
Di antara tanda-tanda ilmu yang bermanfaat adalah kejujuran dalam mengkritisi dan menilai diri sendiri, sambil tetap memelihara penghargaan dan prasangka baik terhadap kebaikan yang ada pada sesama. Itulah ciri dari hati yang terbuka dan rendah hati.
10. Tidak Merasa Dirinya Berilmu dan tidak mengaku diri berilmu.
Tak pernah sama sekali terdengar, ungkapan diri "Saya ahlinya untuk soal ini". Tapi, sebaliknya, ia senantiasa mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menilai sesuatu meski itu nampak mudah dan biasa baginya.
Mengakui bahwa kita selalu memiliki ruang untuk belajar adalah langkah pertama menuju pengetahuan yang lebih dalam dan bermanfaat.
Dalam banyak kasus, orang yang berilmu seolah ia menyembunyikan kekayaan ilmunya. Padahal, senyatanya kehadiran ilmu yang berlimpah tidak mengekspresikan dirinya dalam kesombongan. Mereka yang berilmu yang bermanfaat tidak mencari pengakuan atas kekayaan ilmu mereka, melainkan menyerahkan diri pada kebaikan yang lebih besar.
Ia lebih suka bertanya, menyimak apa yang ingin diketahuinya, belajar banyak dari jawaban-jawaban yang ia dapatkan, dan mencatat dalam hati bahwa itu adalah ilmu baru yang ia syukuri sepenuhnya.
Mengembara melalui jejak ilmu yang bermanfaat adalah perjalanan yang membebaskan jiwa dan mencerahkan hati. Dalam kesederhanaan dan ketulusan, kita menemukan kebesaran yang sesungguhnya. Maka, mari kita berjalan bersama-sama menuju cahaya ilmu yang memuliakan jiwa dan menghormati kebenaran.
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak merasa kenyang (puas), dan dari doa yang tidak dikabulkan" (HR. Muslim no. 2722)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H