Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Teungteung: Si Hitam Lestreng yang Dibutuhkan dan Dirindukan

17 Maret 2024   13:01 Diperbarui: 17 Maret 2024   13:19 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teuteung sedang memandang menunggu Kira, kucing tetangga yang jadi teman bermainnya | Foto: Dokumen pribadi

Asalnya ia ikut saat maghrib saja. Lalu ikut juga Isya. Melihat pemandangan itu, belasan anak-anak yang salat di masjid suka berebut ingin memegang dan menggendong Teuteung. Berebut dan bergantian dari satu tangan ke tangan lain, dari satu pelukan ke pelukan lain.

Sekarang, karena banyak yang suka padanya, Teungteung jadi kian rajin ke masjid. Salat subuh dan ashar pun ke masjid. Bahkan salat Jumat pun ke mesjid pesantren pun dia ikut. Dia seperti menikmati salat jumat, karena selama datang dan pergi dia khusus berdiam diri di sisi tangga masjid.

Sekilas, kucing ini tak ada indah-indahnya. Semuanya berwarna hitam "lestreng". Namun, anak-anak tak melihat itu. Anak-anak hanya suka kehadiran dan kelincahan kucing hitam ini.

Terbukti, saat dia tak ikut salat Isya di masjid, anak-anak banyak yang tanya. "Teungteung, kemana..?". "Kenapa Teungteung kenapa ngak ikut?". "Bawa atuh Teungteungnya, biar rame disini".

Yap, perlahan dan pasti, Teungteung jadi sosok yang dibutuhkan dan dirindukan.

Sesaat, saya pun sempat terdiam. Dalam dunia di mana penampilan sering kali diutamakan, kisah tentang Teuteung, si kucing hitam lestreng, memberikan pelajaran berharga tentang penerimaan dan keindahan yang sesungguhnya.

Melalui kasih sayang yang diberikan padanya, Teuteung menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan komunitasnya, membawa kegembiraan di setiap langkahnya.

Kisahnya mengajarkan kita untuk melihat melebihi penampilan fisik dan menghargai keunikannya masing-masing.

Teungteung, tak memilih bulunya hitam lestreng | Foto: Dokumentasi Pribadi
Teungteung, tak memilih bulunya hitam lestreng | Foto: Dokumentasi Pribadi

Dengan membuka hati kita untuk menerima keberagaman dan menghargai esensi sejati setiap sosok, kita dapat menemukan kebahagiaan yang sejati dalam kehidupan ini. Percayalah !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun