Itulah orang-orang yang tidak mendapatkan apapun di akhirat, kecuali neraka yang membakar. Sia-sialah usaha dan jerih payah yang mereka lakukan di dunia, bagaikan coretan yang pudar tak berarti. Dalam kebisuan yang membelenggu, kebenaran itu menyapa jiwa dan membuat hati bergetar.
Dan sembari mata menelusuri setiap kata, kata-kata berikutnya menjelma menjadi pemandangan yang menerangi hati yang berkaca. "Barang siapa buta hatinya di dunia ini, maka di akhirat pun ia akan buta dan tersesat jauh dari jalan yang benar"
Dengan kata lain, siapapun yang membuka hati dan diri kepada-Nya, sambil terus mengerjakan kebaikan di dunia ini, sesungguhnya dia telah menapaki jalan agama yang kokoh. Segala urusan akan kembali kepada-Nya, satu-satunya tempat yang memenuhi akhir dari segala tujuan.
"Barangsiapa siapa berserah diri kepada Allah sambil berbuat kebaikan, sesungguhnya ia telah berpegang pada agama kokoh. Hanya kepada Allah akhir dari segala urusan".
Begitu dalam damai kata-kata yang melingkar, dalam kelam gulita malam, terdengar nyanyian surga yang membahana.
"Setiap yang bernyawa tidak akan mati, kecuali dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Siapa pun yang menghendaki pahala dunia, pasti Kami berikan pahala dunia kepadanya. Siapa pun yang menghendaki pahala akhirat, akan Kami berikan pula kepadanya pahala akhirat. Kami juga akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur".
Setiap jiwa pasti akan merasakan mati, dengan izin Allah yang telah menentukan waktu yang tepat. Siapapun yang mencari pahala di dunia ini, pasti akan mendapatkannya. Siapapun yang menginginkan pahala abadi di akhirat, sungguh Allah akan memberikannya pula. Dan bagi mereka yang bersyukur, Allah akan memberi balasan yang melimpah tak terhitung.
Namun, tenggelam dalam kenikmatan bacaan, tiba-tiba hadir suara keras yang mengejutkan batin yang terlena. "Di manapun kamu berada, kematian akan menjemputmu meskipun kamu berada dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah." Jika ditimpa keburukan, mereka mengatakan, "Ini darimu (Muhammad)." Katakan, "Semuanya datang dari sisi Allah." Maka, mengapa orang-orang munafik hampir-hampir tidak memahami pembicaraan ?"
Ya, di manapun kamu berada, kematian akan datang menghampirimu, meskipun engkau berada dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Dalam keheningan malam yang menggelayut, suara itu menggugah kesadaran yang terpendam, mengingatkan akan ketidaktentuan hidup yang menyertai setiap langkah manusia.
Lalu, di tengah kebimbangan, terlintas penegasan bahwa takdir itu datang dari sisi-Nya yang Maha Kuasa. Segala kebaikan dan keberuntungan yang diperoleh di dunia ini, tak lain adalah karunia dari Allah. Namun, dalam saat-saat kelam dan cobaan menghampiri, seringkali manusia musrik dan munafik melontarkan kesalahan pada Rasulullah. Mereka mengabaikan bahwa segala hal datang dari kehendak-Nya.
Dan tatkala hati merenungkan perjalanan hidup yang beriringan dengan suratan takdir, suara Al-Quran mengingatkan manusia : semua ini berasal dari sisi Allah, dari-Nya Yang Maha Sempurna. Maka, mengapa orang-orang munafik terjerat dalam kepulan kabut ketidaktahuan, hampir tak mampu memahami kebenaran yang terlukis di setiap ayat?