Manajemen Pertamina juga harus memastikan adanya mekanisme pengendalian dan pemantauan risiko yang berkesinambungan, serta menjamin kepatuhan terhadap standar keselamatan kerja dan lingkungan yang berlaku.
Daftar kejadian kebakaran di sejumlah lokasi Pertamina, seperti Cilacap, Cepu, Balongan, Balikpapan, dan Plumpang, menunjukkan pentingnya manajemen risiko bisnis yang baik dan efektif dalam mengelola risiko kebakaran di sektor migas.Â
Oleh karena itu, Pertamina harus terus melakukan evaluasi dan perbaikan dalam sistem manajemen risiko bisnisnya untuk mengurangi risiko terjadinya kejadian serupa di masa depan. Karena dampak yang terjadi, bisa jadi menunjukkan tingkat kompetensi dalam memahami dan mentaati manajemen risiko bisnis.
Penyebab Terjadinya Kebakaran Di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara
Depo Pertamina Plumpang di Jakarta Utara yang mengalami kebakaran ini, dapat mengakibatkan kerugian material dan non-material yang signifikan.Â
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang memimpin investigasi awal menyatakan bahwa gangguan teknis menjadi penyebab awal terjadinya kebakaran tersebut.
Berdasarkan hasil tinjauan dan laporan awal, diketahui bahwa peristiwa kebakaran terjadi saat lokasi sedang melakukan pengisian bahan bakar jenis Pertamax yang dikirim dari Balongan. Namun, kemudian terjadi suatu gangguan teknis yang menyebabkan tekanan berlebih dan pada akhirnya terjadi kebakaran.
Dalam konteks manajemen risiko bisnis, kejadian ini merupakan contoh nyata dari risiko operasional yang harus dihadapi oleh Pertamina. Risiko operasional merujuk pada kemungkinan terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kegagalan internal pada sistem, proses, atau orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, gangguan teknis yang terjadi saat pengisian bahan bakar di Depo Pertamina Plumpang dapat dianggap atau patut diduga sebagai kegagalan internal pada sistem yang dapat menimbulkan risiko kebakaran.Â
Sebagai upaya untuk mengelola risiko operasional, Pertamina dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan. Seperti meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap sistem pengisian bahan bakar. Juga meningkatkan kualitas peralatan dan mesin yang digunakan. Termasuk didalamnya memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan yang telah ditetapkan.Â
Dengan mengadopsi pendekatan manajemen risiko yang efektif, Pertamina dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko operasional dan meminimalkan dampak yang ditimbulkan jika risiko tersebut terjadi.