Raja Firaun adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan para raja Mesir kuno dalam sejarah dan mitologi. Firaun dianggap sebagai penguasa absolut dan Tuhan dalam agama Mesir kuno, yang memiliki otoritas yang luas dalam pemerintahan, militer, dan keagamaan. Beberapa raja Firaun yang terkenal memerintah pada berbagai periode selama kekaisaran Mesir, yang berlangsung selama lebih dari 3.000 tahun.
Beberapa Firaun yang paling terkenal dan berpengaruh dalam sejarah Mesir kuno diantaranya adalah Ramses II. Dia memerintah selama lebih dari 60 tahun, yang merupakan masa kekuasaan terpanjang dalam sejarah Mesir kuno.
Dia dikenal sebagai Ramses "Besar" atau Ramses "Agung" karena prestasinya dalam pembangunan proyek besar dan kepemimpinannya yang kuat. Selain Ramses II, ada raja Firaun yang terkenal dan berpengaruh lainnya, seperti Hatshepsut, Tutankhamun, Akhenaten, Thutmose III, Amenhotep III, Khufu dengan masa pemerintahan berkisar antara 10 -- 54 tahun.
Melihat Firaun dari Konteks Positif
Para Firaun di Mesir kuno dikenal sebagai pemimpin yang berpengaruh dalam berbagai bidang, termasuk arsitektur, seni, dan teknologi. Beberapa prestasi Firaun yang terkenal termasuk:
1. Pembangunan monumen besar seperti Piramida Giza, Sphinx, dan kuil-kuil di Luxor dan Karnak.
2. Pembangunan jaringan saluran air dan sistem irigasi yang memungkinkan pertanian di wilayah dataran rendah Mesir.
3. Pembuatan hieroglif, sistem tulisan yang digunakan di Mesir kuno.
4. Pembangunan sistem matematika yang digunakan dalam pengukuran luas tanah, konstruksi bangunan, dan navigasi.
5. Pembangunan kota-kota besar seperti Thebes dan Memphis yang menjadi pusat kebudayaan dan pemerintahan Mesir.
6. Pembentukan kekaisaran Mesir yang merupakan salah satu negara yang kuat dan stabil pada masanya.
Beberapa Firaun kepemimpinannya berpengaruh dalam bidang ekonomi, militer, arsitektur dan seni, sejarah, dan punya harta karun yang sangat berharga. Selain itu, Firaun di Mesir kuno juga dikenal sebagai pemelihara budaya dan agama yang kuat yaitu memperkenalkan monoteisme dalam agama Mesir, mempromosikan kultus Aten dan sejarah agama Mesir. Firaun di masa lalu juga mengisi peran sebagai pembesar-pembesar kuil dan melakukan perayaan religius besar-besaran untuk memastikan kesejahteraan negara dan rakyatnya.
Ini Kelebihan Firaun Saat Berkuasa
Dibandingkan dengan raja-raja lain, para Firaun di Mesir kuno memiliki beberapa kelebihan. Antara lain :
1. Otoritas yang kuat. Firaun dianggap sebagai penguasa absolut dan Tuhan dalam agama Mesir kuno, yang memberikan mereka otoritas yang luas dalam pemerintahan, militer, dan keagamaan.
2. Kekuatan ekonomi yang kuat. Pembangunan jaringan saluran air dan sistem irigasi yang memungkinkan pertanian di wilayah dataran rendah Mesir, serta pengembangan perdagangan dan industri, membuat ekonomi Mesir kuno cukup kuat dan stabil.
3. Pembangunan infrastruktur yang luar biasa. Pembangunan monumen besar seperti Piramida Giza, Sphinx, dan kuil-kuil di Luxor dan Karnak yang menjadi simbol peradaban Mesir yang kuat.
4. Kekuatan militer yang luar biasa. Mesir kuno memiliki tentara yang kuat dan terorganisir, yang memungkinkan Firaun untuk menjaga keamanan negara dan menaklukkan wilayah-wilayah tetangga.
5. Kekuatan budaya dan agama. Firaun di Mesir kuno juga dikenal sebagai pemelihara budaya dan "agama" yang kuat, yang menjaga keseimbangan sosial dan keberlangsungan peradaban Mesir.
Beberapa Firaun juga memiliki kepemimpinan yang sangat baik, yang memungkinkan mereka untuk mengkoordinasikan pembangunan proyek-proyek besar dan membuat kebijakan yang efektif untuk kemajuan negara.
Sejarah Ramses II Pada Zaman Nabi Musa
Sejarah mencatat bahwa Ramses II diakui sebagai Firaun pada masa Nabi Musa. Beberapa indikasi yang menguatkan hal ini, di antaranya adalah:
1. Ia adalah salah satu orang pertama yang mengklaim ketuhanan.
2. Ia membuat patung untuk dirinya sendiri di samping dewa Ptah dan Amun.
3. Ia dipuja oleh para penjaga serta tentara hingga masyarakat umum.
4. Ia diberi banyak gelar, termasuk gelar tuhan yang baik, tuhan bumi, tuhan langit, tuhan langit dan bumi, dan yang hidup yang tidak mati, pencipta, yang tidak bersalah, yang kaya, dan lainnya.
Sebagai pemimpin ambisius dan haus kekuasaan, Ramses pun ingin di masa kepemimpinannya bisa meninggalkan jejak sejarah yang bagus. Beberapa prestasi Ramses II yang terkenal, antara lain :
1. Pembangunan kuil-kuil besar di Abu Simbel, Luxor, dan Karnak yang menjadi simbol peradaban Mesir kuno.
2. Pembangunan Piramida Nubuat, yang merupakan satu-satunya piramida yang dibangun oleh Firaun Mesir kuno setelah Zaman Piramida.
3. Pembentukan tentara yang kuat dan terorganisir, yang memungkinkan Ramses II untuk menaklukkan wilayah-wilayah tetangga dan mempertahankan keamanan negara.
4. Pembentukan aliansi politik dengan negara-negara tetangga, seperti mitra perdagangan dan perjanjian perdamaian.
5. Pembangunan kota-kota besar seperti Pi-Ramses yang menjadi ibu kota pemerintahan Mesir selama masa kekuasaannya.
Kelemahan dari Ramses II
Walaupun Ramses II dikenal sebagai Firaun yang berpengaruh dan berhasil dalam banyak hal, namun seperti semua pemimpin, ia juga memiliki beberapa kelemahan. Beberapa di antaranya adalah :
1. Pemborosan. Ramses II dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan kerap membuat proyek besar yang memakan banyak sumber daya negara. Hal ini dapat menyebabkan pemborosan sumber daya dan kekurangan dana untuk proyek-proyek lain yang penting.
2. Kekalahan dalam pertempuran. Meskipun tentara Mesir kuno yang dipimpin Ramses II dikenal sebagai tentara yang kuat, namun dalam beberapa pertempuran, seperti pertempuran Kadesh yang berlangsung antara Mesir dan Hittite, Firaun ini harus mengalami kekalahan.
3. Kekacauan internal. Meskipun peradaban Mesir dikenal sebagai negara yang stabil, namun pada masa kekuasaan Ramses II, terdapat beberapa tanda-tanda kekacauan internal yang terjadi di negara ini.
4. Pembangunan yang berlebihan. Karena ambisi Ramses II yang tinggi, dia kerap membangun proyek yang besar seperti kuil-kuil dan piramida yang memakan banyak sumber daya dan waktu yang cukup lama. Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam pembangunan proyek lain yang penting.
5. Kepemimpinan yang tidak adil. Ramses II dikenal sebagai pemimpin yang keras dan tidak adil dalam menentukan kebijakan, yang dapat menyebabkan ketidakpuasan rakyat dan kekacauan internal.
Kelemahan lainnya, adalah sikap keras kepala dan tidak mau mengakui kesalahannya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana dia menolak untuk melepaskan Bani Israil dari penjajahan meskipun sudah dinasehati dan diingatkan oleh Nabi Musa
Nabi Musa dan Ramses II
Di era Nabi Musa Alahis Salam, Firaun yang berhasil mencapai puncak kejayaannya bukan lagi menganggap dirinya sebagai penguasa tetapi juga mengaku sebagai Tuhan. Ia menjadi pembuat keputusan dan hukuman. Ia bisa menentukan siapa yang boleh hidup dan siapa yang harus mati. Karena itu semua titah dari Firaun menjadi sabda alias undang-undang Kerajaan Mesir yang tidak bisa dibantah.
Rakyat Mesir ketika itu sengsara. Hingga akhirnya Musa - yang sempat dibesarkan dan dirawat di istana Firaun - menerima wahyu dari Allah untuk menjadi Nabi dan Rasul untuk memperingatkan Firaun. Di era Firaun tersebut, tidak hanya Musa saja yang diutus, Allah juga mengutus Nabi Harun, saudara sepupu Nabi Musa, untuk memperingatkan Firaun.
Singkat cerita, Firaun yang enggan menerima peringatan dari Nabi Musa dan Nabi Harun pun murka. Allah lantas memerintahkan Nabi Musa membawa Bani Israel hijrah dari Mesir ke Yerusalem dengan cara menyeberangi laut merah. Saat itu atas kuasa Allah, Nabi Musa membelah laut merah dengan tongkat, sampai Bani Israel selamat. Sementara Firuan dan bala tentaranya yang menyusul menyeberangi laut merah ditenggelamkan Allah.
Firaun dalam sejarah Mesir kuno membunuh bayi laki-laki yang lahir. Firaun-firaun Mesir kuno menganggap diri mereka sebagai dewa dan memiliki otoritas mutlak dalam menentukan nasib rakyatnya. Salah satu cara mereka menjaga kekuasaan adalah dengan membunuh bayi laki-laki yang lahir dari keluarga rakyat biasa. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pemberontakan dan menjaga stabilitas negara. Firaun juga menganggap bayi laki-laki sebagai ancaman potensial terhadap kekuasaannya, sehingga membunuh mereka sebagai cara untuk menghilangkan ancaman tersebut.
Firaun dalam Al Qur'an
Firaun ditampilkan dalam Al-Quran sebagai sosok yang sombong, kejam, dan tiran. Dalam Al-Quran, Firaun diperlihatkan sebagai pemimpin yang tidak takut akan Tuhan dan tidak peduli dengan kondisi rakyatnya. Dia dianggap sebagai orang yang tidak bertanggung jawab dan hanya ingin mempertahankan kekuasaannya dengan cara apapun. Ia dianggap sebagai contoh dari pemimpin yang tidak baik dan tidak diinginkan oleh masyarakat.
Surah Al-Baqarah (2): 49-56 menceritakan tentang Firaun sebagai orang yang menentang Musa dan kaumnya, tidak meyakini Musa dan memperlakukan Bani Israil dengan buruk, yang akan dikalahkan oleh Allah dan dihukum pada hari kiamat. Sementara surah Yunus (10): 75-92, Al-Qasas (28): 4-48, Al-Anbiya (21): 49-79, Al-Isra (17): 101-104, dan Al-Muminun (23): 45-49 mengisahkan Firaun sebagai penguasa yang zalim, ingkar, menganiaya, meragukan kebenaran Musa dan ditimpa azab dari Allah.
"Sungguh, Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir'aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas Ayat 4)
Beberapa pemimpin negara yang dikenal sebagai pelanggar hak asasi manusia (HAM) dan punya kepemimpinan buruk di dunia, antara lain : Idi Amin dari Uganda (1971-1979), Adolf Hitler dari Jerman (1933-1945), Joseph Stalin dari Uni Soviet (1922-1953), Pol Pot dari Kamboja (1975-1979), dan Mao Zedong dari China (1949-1976). Namun, perlu diingat bahwa setiap pemimpin negara memiliki konteks yang unik dan faktor yang mempengaruhi tindakan mereka, dan tidak dapat ditarik kesimpulan yang pasti tanpa analisis yang mendalam tentang situasi tersebut.
Dari Firaun di masa lampau hingga kepemimpinan zalim di dunia modern, satu hal yang pasti : kesalahan yang sama terus diulang, sehingga kita harus belajar dari sejarah untuk menghindari kesalahan yang sama dalam kepemimpinan saat ini. Dimana pun, di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H