Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepemimpinan Firaun: Sebuah Analisis tentang Kesombongan dan Ambisi yang Tak Terkendali

21 Januari 2023   21:44 Diperbarui: 21 Januari 2023   21:57 5457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mumi Firaun Ramses II | Via Mentalfloss

Di era Nabi Musa Alahis Salam, Firaun yang berhasil mencapai puncak kejayaannya bukan lagi menganggap dirinya sebagai penguasa tetapi juga mengaku sebagai Tuhan. Ia menjadi pembuat keputusan dan hukuman. Ia bisa menentukan siapa yang boleh hidup dan siapa yang harus mati. Karena itu semua titah dari Firaun menjadi sabda alias undang-undang Kerajaan Mesir yang tidak bisa dibantah.

Rakyat Mesir ketika itu sengsara. Hingga akhirnya Musa - yang sempat dibesarkan dan dirawat di istana Firaun - menerima wahyu dari Allah untuk menjadi Nabi dan Rasul untuk memperingatkan Firaun. Di era Firaun tersebut, tidak hanya Musa saja yang diutus, Allah juga mengutus Nabi Harun, saudara sepupu Nabi Musa, untuk memperingatkan Firaun.

Singkat cerita, Firaun yang enggan menerima peringatan dari Nabi Musa dan Nabi Harun pun murka. Allah lantas memerintahkan Nabi Musa membawa Bani Israel hijrah dari Mesir ke Yerusalem dengan cara menyeberangi laut merah. Saat itu atas kuasa Allah, Nabi Musa membelah laut merah dengan tongkat, sampai Bani Israel selamat. Sementara Firuan dan bala tentaranya yang menyusul menyeberangi laut merah ditenggelamkan Allah.

Firaun dalam sejarah Mesir kuno membunuh bayi laki-laki yang lahir. Firaun-firaun Mesir kuno menganggap diri mereka sebagai dewa dan memiliki otoritas mutlak dalam menentukan nasib rakyatnya. Salah satu cara mereka menjaga kekuasaan adalah dengan membunuh bayi laki-laki yang lahir dari keluarga rakyat biasa. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pemberontakan dan menjaga stabilitas negara. Firaun juga menganggap bayi laki-laki sebagai ancaman potensial terhadap kekuasaannya, sehingga membunuh mereka sebagai cara untuk menghilangkan ancaman tersebut.

Firaun dalam Al Qur'an

Firaun ditampilkan dalam Al-Quran sebagai sosok yang sombong, kejam, dan tiran. Dalam Al-Quran, Firaun diperlihatkan sebagai pemimpin yang tidak takut akan Tuhan dan tidak peduli dengan kondisi rakyatnya. Dia dianggap sebagai orang yang tidak bertanggung jawab dan hanya ingin mempertahankan kekuasaannya dengan cara apapun. Ia dianggap sebagai contoh dari pemimpin yang tidak baik dan tidak diinginkan oleh masyarakat.

Surah Al-Baqarah (2): 49-56 menceritakan tentang Firaun sebagai orang yang menentang Musa dan kaumnya, tidak meyakini Musa dan memperlakukan Bani Israil dengan buruk, yang akan dikalahkan oleh Allah dan dihukum pada hari kiamat. Sementara surah Yunus (10): 75-92, Al-Qasas (28): 4-48, Al-Anbiya (21): 49-79, Al-Isra (17): 101-104, dan Al-Muminun (23): 45-49 mengisahkan Firaun sebagai penguasa yang zalim, ingkar, menganiaya, meragukan kebenaran Musa dan ditimpa azab dari Allah.

"Sungguh, Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir'aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas Ayat 4)

Beberapa pemimpin negara yang dikenal sebagai pelanggar hak asasi manusia (HAM) dan punya kepemimpinan buruk di dunia, antara lain : Idi Amin dari Uganda (1971-1979), Adolf Hitler dari Jerman (1933-1945), Joseph Stalin dari Uni Soviet (1922-1953), Pol Pot dari Kamboja (1975-1979), dan Mao Zedong dari China (1949-1976). Namun, perlu diingat bahwa setiap pemimpin negara memiliki konteks yang unik dan faktor yang mempengaruhi tindakan mereka, dan tidak dapat ditarik kesimpulan yang pasti tanpa analisis yang mendalam tentang situasi tersebut.

Dari Firaun di masa lampau hingga kepemimpinan zalim di dunia modern, satu hal yang pasti : kesalahan yang sama terus diulang, sehingga kita harus belajar dari sejarah untuk menghindari kesalahan yang sama dalam kepemimpinan saat ini. Dimana pun, di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun