3. Ketersediaan komunikasi. Apakah anak muda dapat berkomunikasi dengan rekan kerja dan pimpinan secara efektif melalui telepon, video conference / zooming, atau email.
4. Kebutuhan untuk akses fisik ke peralatan atau dokumen. Apakah pekerjaan tersebut memerlukan akses fisik ke peralatan atau dokumen yang hanya tersedia di kantor.
5. Kebutuhan untuk berkumpul dan meeting secara langsung: Apakah pekerjaan tersebut memerlukan meeting secara langsung dengan rekan kerja atau klien.
6. Kebutuhan untuk tata kelola yang baik: Apakah pekerjaan tersebut memerlukan tata kelola yang baik untuk menjamin kualitas hasil kerja dan menghindari kesalahan.
Hati-hati dan Perhatikan Ini !
Penting untuk diingat, bahwa tidak semua pekerjaan dapat dikerjakan dari rumah, oleh karena itu perlu dipertimbangkan secara hati-hati kriteria diatas sebelum memutuskan untuk WFH. Prinsip kehati-hatian harus dikedepankan.
Mengapa demikian ? Karena dalam sejumlah kasus, selalu saja ada tipikal karyawan yang tetap bersikukuh ingin tetap memilih WFH dan agak sulit untuk diajak WFO. Apalagi bila ia dan pekerjaannya, adalah pekerjaan yang sangat penting, strategis, cukup signifikan bagi perusahaan, dan sulit tergantikan dalam waktu cepat.
Tak ada cara lain, selain tetap tenang dan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa membujuk mereka dengan baik, wise, empatik, dan tetap professional.
Untuk mengelola karyawan yang tetap bersikukuh ingin tetap memilih WFH dan sulit diajak WFO, beberapa hal yang dapat dilakukan atau dipertimbangkan.
1. Komunikasikan manfaat dari bekerja dari kantor. Jelaskan kepada karyawan tentang manfaat dari interaksi sosial, pengembangan karier, dan kesempatan untuk belajar dari rekan kerja lain.
2. Tawarkan solusi yang fleksibel. Jika karyawan masih ingin WFH, cobalah untuk mencari solusi fleksibel seperti rotasi kerja atau jam kerja yang fleksibel.
3. Buat lingkungan kerja yang menyenangkan. Pastikan bahwa lingkungan kerja di kantor dibuat se-menyenangkan mungkin, sehingga karyawan merasa nyaman untuk bekerja di kantor.
4. Dukung dengan pelatihan dan pengembangan karier. Sediakan pelatihan dan pengembangan karier yang diperlukan agar karyawan dapat menyesuaikan diri dengan WFO.
5. Gunakan pendekatan empatik. Pendekatan empatik dapat membuat karyawan merasa didengar dan dihargai. Jangan lupa untuk mendengarkan dan mencoba untuk memahami perasaan karyawan tersebut.
6. Berikan pengakuan. Memberikan pengakuan atas kinerja karyawan yang baik dapat membuat karyawan merasa lebih termotivasi dan senang untuk bekerja di kantor.
7. Buat keseimbangan yang baik antara kerja dan kehidupan pribadi. Membuat keseimbangan yang baik antara kerja dan kehidupan pribadi dapat membuat karyawan merasa lebih sejahtera dan dapat mengurangi tekanan untuk tetap WFH.
8. Berkoordinasi dengan pimpinan lain dan HR. Berkoordinasi dengan pimpinan lain dan HR dapat membantu dalam menemukan solusi yang baik dan bijak dalam mengatasi masalah ini.
Akhirnya, kita jadi memahami sepenuhnya bahwa pandemi telah membuat banyak orang terbiasa dengan kerja dari rumah (WFH) dan enggan untuk kembali bekerja di kantor. Ini menjadi masalah bagi perusahaan yang ingin mengembalikan kebiasaan bekerja dari kantor.