Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

HR & Pimpinan: Solusi Efektif Mengatasi Keengganan Anak Muda untuk WFO

15 Januari 2023   18:57 Diperbarui: 15 Januari 2023   18:58 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak Muda Butuh Solusi Efektif untuk kembali WFO | Image : freepik.com 

Lucu juga melihat orang mensikapi pasca pandemi ini. Lucunya, pandemi koq disalahkan. Katanya, gara-gara pandemi kelamaan, anak muda jadi terbiasa wfh dan sudah nyaman dengan kondisi itu. Lalu, ogah ke kantor. Tak sedikit yang tak suka bekerja di kantor. Ya, jadinya mereka terbiasa WFH dan malas ke kantor. Tapi, tak menutup kemungkinan, yang malas WFO bisa saja anak muda, lalu yang tua ikut-ikutan juga  

Merubah kebiasaan atau habits sebenarnya pekerjaan yang gampang-gampang susah. Bila pimpinan atau bagian HR mengancam, maka anak muda akan "ngejat", kabur alias resign dari kantor. Anak muda sekarang, adalah tipe yang berani gonta-ganti pekerjaan. Karena, informasi lowongan pekerjaan ada dan berlimpah di dunia maya.

Sikapi dengan Bijak dan Tepat

Lalu, bagaimana cara mensikapinya ? Sikap terbaik apa yang wise atau bijak untuk mensikapi fenomena ini ?

Untuk mengatasi masalah anak muda yang sudah terlanjur nyaman dengan WFH dan enggan bekerja dengan WFO, itu ada banyak cara. Beberapa hal ini mungkin dapat dilakukan, antara lain :

1. Komunikasikan pentingnya bekerja dari kantor untuk pengembangan karier dan interaksi sosial.
2. Tetapkan aturan yang jelas dan tegas untuk WFO dan WFH, sehingga anak muda dapat memahami perbedaan dan pentingnya kedua cara bekerja tersebut.
3. Sediakan dukungan dan pelatihan yang diperlukan agar anak muda dapat menyesuaikan diri dengan WFO.
4. Jangan lupa untuk memberikan apresiasi dan pengakuan atas kinerja anak muda saat bekerja di kantor.
5. Memahami dan menerima bahwa perubahan dalam cara bekerja dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman.
6. Berkoordinasi dengan anak muda untuk mencari solusi yang dapat membuat mereka merasa lebih nyaman dalam bekerja dari kantor.
7. Membuat lingkungan kerja yang menyenangkan dan mendukung agar anak muda dapat merasa lebih termotivasi untuk bekerja dari kantor.
8. Membuat fleksibilitas dalam cara bekerja agar anak muda dapat menemukan keseimbangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
9. Melakukan komunikasi yang jelas dan terbuka dengan anak muda agar dapat memahami perasaan dan kebutuhan mereka.

Bagi anak muda yang lebih suka WFH dan enggan WFO, maka HR Dept atau Human Capital Dept perlu memikirkan program atau strategi apa yang bisa dilakukan oleh yang dapat diterapkan secara langsung dan nyata.

Beberapa opsi dibawah ini, mungkin bisa dipilih dan dipertimbangkan :

1. Membuat sistem rotasi kerja yang fleksibel, sehingga anak muda dapat bekerja dari kantor sebagian waktu dan WFH sebagian waktu lainnya.
2. Membuat program pelatihan dan pengembangan karier yang diadakan di kantor, sehingga anak muda dapat merasakan manfaat bekerja dari kantor.
3. Membuat program mentoring atau coaching untuk membantu anak muda dalam mengatasi kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan WFO.
4. Membuat program komunitas atau kelompok kerja yang dapat membantu anak muda untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan rekan kerja lainnya.
5. Membuat program kesejahteraan karyawan yang dapat membuat anak muda merasa nyaman dan senang bekerja di kantor.

Ingat, Jangan Lupakan Prinsip Ini

Sebelum program atau strategi diluncurkan untuk mengatasi keengganan anak muda bekerja secara WFO, maka perlu disepakati terlebih dahulu prinsip-prinsip penting ini.

1. Fleksibilitas. Memberikan fleksibilitas dalam cara bekerja seperti rotasi kerja, jam kerja yang fleksibel, dan membuat kesempatan untuk WFH sesekali, dapat membuat anak muda merasa lebih nyaman dan termotivasi.

2. Empati. Memahami perasaan dan kebutuhan anak muda, dan berkoordinasi dengan mereka untuk menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

3. Komunikasi. Melakukan komunikasi yang jelas, komunikatif dan terbuka dengan anak muda agar dapat memahami perasaan dan kebutuhan mereka.

4. Support. Menyediakan dukungan dan pelatihan yang diperlukan agar anak muda dapat menyesuaikan diri dengan WFO.

5. Recognition. Memberikan apresiasi dan pengakuan atas kinerja anak muda saat bekerja di kantor.

6. Work-Life Balance. Menyediakan keseimbangan yang baik antara kerja dan kehidupan pribadi anak muda.

Bila cara mensikapi, program atau strategi dan prinsip sudah difahami, maka HR Dept atau Human Capital Dept perlu mengeluarkan semacam surat edaran atau SOP yang berisi panduan kerja. Yaitu panduan yang baik yang mengatur pada saat bagaimana, atau kapan sebuah beban pekerjaan bisa di WFH-kan, berikut kriteria-kriterianya.

Sebagai contoh saja, untuk menentukan kapan sebuah beban pekerjaan dapat dikerjakan dari rumah (WFH), beberapa kriteria ini perlu dipertimbangkan atau mungkin bermanfaat :

1. Ketersediaan teknologi yang diperlukan. Apakah anak muda memiliki akses terhadap perangkat kerja yang diperlukan dan dapat dihubungkan dengan jaringan internal perusahaan.

2. Nature of the work. Apakah pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang dapat dilakukan secara independen atau dapat dikerjakan tanpa perlu berkomunikasi secara langsung dengan rekan kerja.

3. Ketersediaan komunikasi. Apakah anak muda dapat berkomunikasi dengan rekan kerja dan pimpinan secara efektif melalui telepon, video conference / zooming, atau email.

4. Kebutuhan untuk akses fisik ke peralatan atau dokumen. Apakah pekerjaan tersebut memerlukan akses fisik ke peralatan atau dokumen yang hanya tersedia di kantor.

5. Kebutuhan untuk berkumpul dan meeting secara langsung: Apakah pekerjaan tersebut memerlukan meeting secara langsung dengan rekan kerja atau klien.

6. Kebutuhan untuk tata kelola yang baik: Apakah pekerjaan tersebut memerlukan tata kelola yang baik untuk menjamin kualitas hasil kerja dan menghindari kesalahan.

Hati-hati dan Perhatikan Ini !

Penting untuk diingat, bahwa tidak semua pekerjaan dapat dikerjakan dari rumah, oleh karena itu perlu dipertimbangkan secara hati-hati kriteria diatas sebelum memutuskan untuk WFH. Prinsip kehati-hatian harus dikedepankan.

Mengapa demikian ? Karena dalam sejumlah kasus, selalu saja ada tipikal karyawan yang tetap bersikukuh ingin tetap memilih WFH dan agak sulit untuk diajak WFO. Apalagi bila ia dan pekerjaannya, adalah pekerjaan yang sangat penting, strategis, cukup signifikan bagi perusahaan, dan sulit tergantikan dalam waktu cepat.

Tak ada cara lain, selain tetap tenang dan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa membujuk mereka dengan baik, wise, empatik, dan tetap professional.

Untuk mengelola karyawan yang tetap bersikukuh ingin tetap memilih WFH dan sulit diajak WFO, beberapa hal yang dapat dilakukan atau dipertimbangkan.

1. Komunikasikan manfaat dari bekerja dari kantor. Jelaskan kepada karyawan tentang manfaat dari interaksi sosial, pengembangan karier, dan kesempatan untuk belajar dari rekan kerja lain.
2. Tawarkan solusi yang fleksibel. Jika karyawan masih ingin WFH, cobalah untuk mencari solusi fleksibel seperti rotasi kerja atau jam kerja yang fleksibel.
3. Buat lingkungan kerja yang menyenangkan. Pastikan bahwa lingkungan kerja di kantor dibuat se-menyenangkan mungkin, sehingga karyawan merasa nyaman untuk bekerja di kantor.
4. Dukung dengan pelatihan dan pengembangan karier. Sediakan pelatihan dan pengembangan karier yang diperlukan agar karyawan dapat menyesuaikan diri dengan WFO.
5. Gunakan pendekatan empatik. Pendekatan empatik dapat membuat karyawan merasa didengar dan dihargai. Jangan lupa untuk mendengarkan dan mencoba untuk memahami perasaan karyawan tersebut.
6. Berikan pengakuan. Memberikan pengakuan atas kinerja karyawan yang baik dapat membuat karyawan merasa lebih termotivasi dan senang untuk bekerja di kantor.
7. Buat keseimbangan yang baik antara kerja dan kehidupan pribadi. Membuat keseimbangan yang baik antara kerja dan kehidupan pribadi dapat membuat karyawan merasa lebih sejahtera dan dapat mengurangi tekanan untuk tetap WFH.
8. Berkoordinasi dengan pimpinan lain dan HR. Berkoordinasi dengan pimpinan lain dan HR dapat membantu dalam menemukan solusi yang baik dan bijak dalam mengatasi masalah ini.

Akhirnya, kita jadi memahami sepenuhnya bahwa pandemi telah membuat banyak orang terbiasa dengan kerja dari rumah (WFH) dan enggan untuk kembali bekerja di kantor. Ini menjadi masalah bagi perusahaan yang ingin mengembalikan kebiasaan bekerja dari kantor.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan komunikasi yang jelas dan terbuka dengan anak muda, tetapkan aturan yang jelas dan tegas untuk WFH dan WFO, serta memberikan dukungan dan pelatihan yang diperlukan agar anak muda dapat menyesuaikan diri dengan bekerja di kantor. Selain itu, perusahaan dapat membuat sistem rotasi kerja yang fleksibel dan membuat lingkungan kerja yang menyenangkan dan mendukung agar anak muda dapat merasa lebih termotivasi untuk bekerja dari kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun