Jika terdapat konflik kepentingan yang terus menerus di antara manajemen dan pemangku kepentingan lainnya, maka ini bisa menjadi tanda bahwa perusahaan tersebut membutuhkan penerapan GCG untuk mengelola dan menyelesaikan konflik kepentingan tersebut.Â
Sulitnya, masih suka ada praktik "jabatan titipan" atau "pejabat yang punya cantolan" denganpusat kekuasaan. Padahal kompetensi dan kapasitasnya, underqulied atau tak sesuai dengan tuntutan bisnis perusahaan.
Dampak Serius Bila GCG Sulit Diterapkan
Tidak sedikit para pihak yang tidak menyadari betapa ada dampak yang besar apa bila GCG tidak diterapkan dengan optimal. Baik yang berdampak negatif bagi perusahaan maupun pada stakeholdernya, antara lain:
Pertama, rendahnya tingkat kepercayaan investor dan pasar terhadap perusahaan, sehingga dapat mengurangi nilai perusahaan di pasar modal.
Kedua, menurunnya kinerja perusahaan, karena tidak ada mekanisme yang efektif untuk mengontrol dan mengelola keuangan perusahaan secara bertanggung jawab.
Ketiga, menurunnya tingkat transparansi dan akuntabilitas perusahaan, sehingga dapat menimbulkan spekulasi dan keraguan tentang kegiatan perusahaan.
Keempat, terjadinya konflik kepentingan di antara pemegang saham, direksi, dan dewan komisaris.
Kelima, timbulnya tindakan tidak etis seperti korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan wewenang yang merugikan perusahaan dan stakeholdernya.
Hanya saja, saat kita menelusuri kendala penerapan GCG di lapangan, rasanya semua kendala itu terdengar klise. Kendalanya sih bisa bervariasi, tergantung pada kondisi spesifik perusahaan tersebut.Â
Namun, beberapa kendala yang umumnya dihadapi saat mencoba menerapkan GCG di suatu perusahaan antara lain: