Handphone-ku berdering lagi..aku meraihnya,aku dapati pesan Luna di Facebook Messenger yang menempel disudut layar handphone.
“Baik...belum tahu”.
“Kenapa ?”. Timpal pesan Luna.
“Nggak Papa,nanya aja”. Balasku sambil membohongi perasaanku.
Sejujurnya aku sangat merindukan menghabiskan malam yang indah bersamanya, Sedang kejadian Desember kemarin, aku sangat menyesalinya dan sangat menyesalinya, Aku mungkin butuh dua atau tiga tahun lagi untuk mencuri pandang wajahnya saat dia bicara, atau mungkin mengutarakan niat melamarnya lagi untuk ketiga kali.
“Kenapa akun facebooknya di non-aktifkan lama banget kemarin, Lun ?”. Selidikku membalas chat Luna meski aku sebenarnya tahu alsan yang melatar belakanginya.
“Gpp”. Tulis Luna singkat.
Membaca pesan Luna dengan ditulis singkat, aku yakin menandakan dia kecewa atas kejadian saat itu. Argh, Kenapa salah bertanya sih aku ? membuat suasana yang tadinya begitu ramai dan menyenangkan berubah beku, Luna pun tak membalas lagi.
Aku matikan musik di handphone dan melepas headset di telinga. Tak habis pikir, aku melangkah keluar kamar kos menyesali pertanyaan bodohku tadi. Aku mencoba menepis resah dengan dengan memandang langit, Bulan yang tadi tak tampak karena tertutup mendung, kini terlihat terang dan jelas seolah akan akan terbenam dibalik gunung Wilis.
Handphone-ku berdering, sigap aku masuk kamar serta berharap itu adalah pesan diFacebook Messenger,What Up atau Skype dari Luna, karena kita memang sering menggunakan tiga aplikasi ini untuk berkomunikasi, dan....
“Akbar ! Kamu itu kadang jengkelin, kadang bikin gondokan, sekaligus juga ngangenin :( ”.
“Ngangenin seperti saat ini ? :p ”. Ledekku ketika Luna membalas lagi, kemurungan yang baru saja menyergapku pun tak jadi.