Mohon tunggu...
Agung Hermanus Riwu
Agung Hermanus Riwu Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik

Guru SMP Katolik Giovanni Kupang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Matematika yang Berpihak Pada Anak

14 Juli 2024   23:28 Diperbarui: 14 Juli 2024   23:33 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agung Hermanus Riwu, Guru SMP Katolik Giovanni Kupang (Sumber Foto : Pribadi)

Dengan memahami cara kerja otak, kebutuhan dasar manusia dan tahapan perkembangan anak, guru dapat memetahkan kebutuhan belajar anak sehingga guru juga terbantu melakukan inovasi pembelajaran yang berpihak pada anak.

Inovasi Pembelajaran Matematika yang Berpihak Pada Anak

Pembelajaran yang berpihak pada anak merupakan cara pandang bahwa setiap anak memiliki keunikan, potensi dan kebutuhan yang berbeda-beda. Inilah yang mendorong saya selalu berupaya menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan membahagiakan bagi setiap anak.

Beberapa prinsip yang saya tekankan dalam menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid antara lain, disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan anak; dalam menemukan konsep, fakta hingga pemecahan masalah anak harus lebih dominan; mampu mengembangkan keterampilan dan kepribadian; serta salah satu yang penting adalah menjadikan pengalaman kehidupan anak sebagai titik tolak pembelajaran.

Ahli matematika asal Belanda, Hans Freudental (Bustang Bukari, 2013) menerangkan matematika adalah aktivitas manusia. Untuk menarik perhatian anak pada pembelajaran, saya berusaha mengaitkan materi dengan pengalaman mereka seperti hobi, permainan, aktivitas berbelanja atau situasi lingkungan keseharian mereka. Masalah sehari-hari yang diangkat disesuaikan dengan kemampuan kognitif atau cara berpikir anak.

Misalnya, pada materi bangun datar yang merupakan sebuah bentuk yang memiliki keliling dan luas, tetapi tidak memiliki volume. Anak bisa diarahkan untuk menemukan benda yang sesuai dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya kertas atau layang-layang. Dari mainan layang-layang, lidi yang biasa digunakan sebagai rangka bisa dijadikan sarana belajar.

Dengan cara demikian, saya sangat yakin setiap guru matematika akan mampu merancang kegiatan pembelajaran yang mendorong anak terbiasa berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkomunikasi dengan baik.

Agar pembelajaran semakin bermakna, saya juga berupaya membantu anak untuk membangun karakter positif seperti bersikap jujur, kerja keras, dan penuh empati. Caranya yaitu mengaitkan materi matematika dengan nilai-nilai kehidupan yang positif. Saya pernah mengembangkan pemikiran Ahmad Syarif Rianto (2018) ketika mengajarkan nilai kejujuran melalui materi operasi perkalian bilangan bulat.

"Bilangan positif dikalikan dengan bilangan positif hasilnya bilangan positif. Bilangan positif dikalikan dengan bilangan negatif hasilnya bilangan negatif, akan sama hasilnya jika operasinya dibalik. Bilangan negatif dikalikan dengan bilangan negatif hasilnya bilangan positif."

Kepada anak saya menjelaskan, jika positif adalah sesuatu yang benar dan negatif merupakan sesuatu yang salah, maka formula operasi perkalian di atas terkandung makna antara lain,

"Positif dikalikan positif hasilnya positif artinya mengatakan benar pada sesuatu hal yang benar adalah tindakan yang benar," 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun