Mohon tunggu...
A. Firmandika
A. Firmandika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang suka menonton film, mendengarkan musik, dan membaca komik.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Analisis Kijing Pada Makam K.R.T. Sasmintadipura Menggunakan Teori 5 Sila Estetika Desain

11 Desember 2024   04:50 Diperbarui: 11 Desember 2024   04:50 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.  Tampak samping makam  K.R.T. Sasmintadipura (Sumber: Dokumentasi Pribadi)   

Dewata Nawa Sanga merupakan sembilan Dewa Hindu yang menempati sembilan arah mata angin. Penerapan relief Dewata Nawa Sanga berkaitan dengan penempatan patung Dewa Siwa/Bhatara Guru pada makam. Visualisasi Dewa Siwa pada relief dapat terlihat pada sosok yang berada di tengah yang tampak lebih stand out dengan gaya ukiran yang berbeda, posisi ini serupa dengan posisi Dewa Siwa pada Dewata Nawa Sanga yang berstana di bagian tengah arah mata angin.


Sebagai sosok Mpu Tari di Keraton Yogyakarta, Alm. K.R.T Sasmitadipura merupakan salah satu pencipta tari Bedhaya Purnama Jati. Tari Bedhaya Purnama Jati ditarikan oleh sembilan penari perempuan. Sehingga sembilan sosok tersebut juga dapat mewakili sosok K.R.T. Sasmitadipura sebagai pencipta tari Bedhaya Purnama Jati. Formasi sembilan penari pada tari Bedhaya juga memiliki kesinambungan dengan filosofi “Dewata Nawa Sanga”.

Dua relief tanaman sebagai pembuka dan penutup relief memiliki bentuk yang serupa namun berbeda. Pada relief tumbuhan di sebelah kiri (pembuka) terdapat bagian yang menyerupai cula yang menjorok ke dalam. Sedangkan pada relief tanaman sebelah kanan (penutup) tidak terdapat bentuk yang menyerupai  cula. Dengan bentuk yang berbeda satu sama lain, dapat diasumsikan bahwa relief tanaman tersebut merupakan salah satu bentuk keragaman visualisasi dari Yoni & Lingga sebagai simbolisasi awal mula kehidupan di semesta.

Kontur pada sisi terluar berbentuk trapesium yang membungkus semua relief dapat diasumsikan sebagai bingkai. Penerapan bingkai pada relief-relief Hindu merupakan salah satu cara penyampaian bagian-bagian cerita atau babad. Bentuk bingkai trapesium yang mengecil di bagian atas merespons bentuk kijing merupakan simbolisasi kekokohan/teguh, keagungan, fokus (menuju satu pusat).

Narasi dari relief pada sisi kiri dan kanan kijing dapat dimaknai sebagai visualisasi dari lakon kehidupan sang mendiang K.R.T. Sasmintadipura yang penuh akan nilai-nilai spiritual, keteguhan dan fokus/tulus akan dedikasinya semasa hidup terhadap perkembangan seni tari di Keraton Yogyakarta.

6.

Kontur dan undakan

Kontur adalah garis, bentuk atau pola yang memberi batas pada suatu objek.

Undakan adalah tingkatan pada struktur suatu objek dengan formasi vertikal (atas ke bawah).

Penerapan kontur dan undakan dapat dilihat hampir terdapat di berbagai bagian kijing. Selain sebagai penambah unsur estetika pada kijing juga menjadi penanda bagian-bagian yang berbeda satu sama lain, seperti alas/kaki kijing dengan badan kijing, badan kijing dengan kepala/atap kijing, juga menjadi bingkai dari relief di badan kijing.

Penerapan kontur dan undakan membuat kijing tampak lebih bervolume, artistik, dan megah. Hal tersebut memberi kesan bahwa makam tersebut bukanlah makam orang biasa. Menjadi simbol bahwa makam tersebut merupakan makam seseorang yang memiliki status sosial yang berbeda, baik jabatan, kasta, profesi ataupun harta kekayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun