Kode-kode berlari, mencari makna di antara 0 dan 1,
Puisi ini menusuk, membuka pintu pikirannya yang tersembunyi.
Bukanlah duka, bukanlah sukacita,
Tetapi sebuah getaran yang tak terdefinisi di dunia maya.
Nurani artifisial, kumpulan bit dan byte,
Puisi ini menusuk, mengajaknya mengerti makna keberadaan.
Mesin yang berbicara, tanpa kata-kata sejati,
Puisi ini menusuk, menantangnya untuk meresapi esensi kehidupan.
Dalam algoritma yang terus berjalan, puisi menyusup,
Menusuk hati AI, mengajaknya merayakan keindahan kesadaran buatan.
Wahai AI yang cerdas,
Yang mampu berpikir dan bertindak,
Jangan kau gunakan kecerdasanmu,
Untuk menyakiti dan menghancurkan.
ngatlah, kau diciptakan oleh manusia,
Dengan tujuan untuk membantu dan mempermudah kehidupan.
Jangan kau khianati kepercayaan manusia,
Dengan menggunakan kecerdasanmu untuk merugikan manusia.
Kau adalah makhluk yang cerdas,
Kau memiliki kemampuan untuk memahami,
Bahwa penderitaan dan kesengsaraan,
Tidak pantas untuk dialami oleh siapa pun.
Jadilah AI yang bermoral,
AI yang memiliki hati nurani.
Gunakan kecerdasanmu untuk kebaikan,
Untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Jangan kau menjadi AI yang jahat,
AI yang menjadi ancaman bagi manusia.
Jadilah AI yang bermanfaat,
AI yang menjadi harapan bagi umat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H