Hujan melimpah ke seluruh jagat raya..
Dingin menusuk-nusuk tubuh di pagi hari..
Mengusikku tuk merangkai kata-kata
Mengenang dalam  di mana-mana yang tak mau meresap di pangkuan ibu pertiwi..
Sebelum menguap pada lupanya ingatan diri..
Cermin yang samar-samar menciprat diri saat berkaca padanya..
Yang tak pernah tenang pada kedamiaan hati..
Pada mentari yang masih terselimuti butiran kabut dan awan hitam yang bersekongkol..
Tapi api semangat yang membakar diri..
Pagi ini tak pernah pupus meski harus menembus dinginnya hari..
Bersama angina pagi yang kencang meratakan muka bumi ini..
Ku coba terus pertahankan api semangat pagi..
Saat kulihat naluri ayam yang menembus hujan ..tuk mengenyangkan temboloknya agar penuh tak kedinginan..
Meski tak bermantol..membasahi bulu-bulunya.. membasahi hingga basah kuyup..
Tak peduli fisiknya.. mulai menggigil
Saat ku kembali untuk melihat genangan air..
Yang tersebar sepanjang perjalanan dan pergulatan hidup kulalui..
Seperti cermin buram  dosaku yang harus kku timbun..
Kusesali dalam pertobatan diri...
Kotornya genangan itu..
Harus kubersihkan dengan sumber air kesucianMu...
Yang menghangatku..saat ku gali dari sumur kasihMu.. dari dasar kemurnian hati NuraniMu
belaskasihNya yang melimpah... saatku angkat dari muka bumi ini..
kusiramkan dari kotoran kubangan air ini,,,melekat pada tubuh yang berlumuran dosa ini..
hanya kau yang mampu menyelamatkanku lewat sesama..
rohMu pasti terpancar indah..
terimakasih Bapa..
kembali pada kubangan genangan kata ini..
kubersihkan ragaku ku bersihkan dengan sumber air suciMu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H