"Dari pertama beli, belum pernah dipakai. Om-nya yang beliin, salah ukuran,"terangnyaÂ
Saya heran seheran-herannya, bagaimana ide sepatu sampai di pikiran ibu tetangga. Terus kalau niat memberi, kenapa kami yang dituju -- padahal ada tetangga lain .
Dalam kekagetan yang belum tuntas, hati ini berteriak keras dalam diam. Di hati ini tumbuh keyakinan kuat, bahwa keajaiban ada buktinya.
Para ayah siaplah di posisi ngenes, jalani dan hadapi saja, tentu dibarengi ikhtiar sebisanya. Sampai mentok di ujung keadaan, biarkan mendapati diri sebagai sosok berbeda.Â
Yang tidak gampang meluapkan amarah, menyikapi sesuatu secara wajar tak berlebihan. Tidak lagi egois -- menang sendiri--, cenderung banyak diam dan mengalah. Menjadi lelaki dewasa musti siap di posisi ngenes.Â
Karena dari ke-ngenes-an itu, ayah akan dihadiahi sikap bijaksana. Asalkan sabar berproses, asalkan setia di jalan semestinya. Dan saya, masih harus banyak belajar tentang episode ngenes itu.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H