Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Sebesar Apapun Tengkar Jangan Bubar

29 Desember 2024   12:48 Diperbarui: 29 Desember 2024   19:25 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suami istri berselisih paham (Sumber: Kompascom )

Sehebat apapun pertengkaran kalian, tolong jangan ada yang pergi. Karena yang namanya hubungan, pasti ada fase pasang surut. Kadang Bahagia kadang ribut, tapi tolong bijaklah jangan tiba-tiba menghilang setelah apa yang kalian mulai.

Jujurly, saya menemukan dampak baik di era medos saat ini. Adalah bermunculannya akun-akun inspiratif, membahas hal-hal yang spesifik. Salah satunya akun tentang pernikahan, yang kontennya sangat inspiratif.

Cuplikan status medsos di awal tulisan ini, sangat saya aminkan. Saya pernah mengalami sendiri, dulu ketika awal menikah -- 2005. Saya adalah pihak yang pergi, kalau sedang terjadi perselisihan dengan istri.

Satu dua kali istri membiarkan, ketika suaminya kabur di tengah perdebatan. Setelah kali ketiga, barulah saya diperingatkan. Agar tidak pergi, kalau sedang bertukar paham.

Pergi saat bertengkar, sama sekali bukan solusi. Apalagi ditengah melontarkan argumen, perlu direspon agar berimbang. Ibarat meninggalkan lapangan saat tanding berlangsung, dikategorikan sikap yang tidak bijak.

Sejak saat itu, saya tetap tinggal sampai perselihan kata selesai. Memang seketika menjadi kikuk, saya pun istri bisa diam-diaman. Tetapi masa diam itulah, membuat terbuka pikiran saya. Apa manfaat yang saya dapat, ketika mempertahankan kekakuan itu berlangsung lama.

Ego itu mendadak meluntur, saya yang merasa memulai pertengkaran, berani meminta maaf. Pun istri, juga tak enggan minta maaf saat berada di pihak yang salah.

Demikian berlangsung, bahkan hingga puluhan tahun. Kami berusaha bertahan, untuk kebaikan bersama dan demi anak-anak.

------

Sewaktu SD saya pernah mendapati, ibu bertengkar besar dengan ayah. Ketika itu di pagi hari, seisi rumah sedang sibuk. Saya hendak berangkat ke sekolah, ibu siap ke pasar membuka warung dan ayah ke sekolah mengajar.

Pertengkaran dipicu kejadian semalam, ibu mempermasalahan ayah yang bermain catur. Karena kerap pulang kemalaman, ibu curigai suaminya ada main dengan perempuan lain. Ayah tak terima dituduh, melampiaskan kekesalan di pagi hari.

Saya kaget sekagetnya, melihat ibu tersungkur sambil menangis keras. Sementara ayah yang masih emosi, meluapkan marah dengan suara bernada tinggi.

Kejadian saya lihat tidak berlangsung lama, karena musti berangkat sebelum terlambat. Pun ibu dan ayah, masing-masing harus lekas keluar rumah.

Tetapi sangat membekas, saya bisa mengingatnya sampai sekarang. dan yang sangat unik, justru setelah kejadian pagi itu. Siang harinya suasana rumah sempat kaku, ayah dan ibu tak bertegur sapa.

Baru keesokan hari, tanpa saya tahu siapa memulai keduanya sudah baikan. Ibu menyediakan sarapan seperti biasa, ayah makan dan berangkat dengan suasana damai.

ayah dan ibu saya semasa muda (Sumber: dokumentasi pribadi)
ayah dan ibu saya semasa muda (Sumber: dokumentasi pribadi)

Pelajaran saya dapatkan dari kejadian itu, adalah jangan berlama-lama memendam amarah. Karena pasangan kita bukan musuh, yang harus selalu diingat kesalahannya.

Kalaupun memang nyata-nyata salah, sebaiknya diingatkan agar tidak diulang di kemudian hari. Bahwa cinta bukan sekadar tentang rasa, tapi juga menyediakan diri menjadi lebih dewasa. Setiap kesalahan untuk diperbaiki, bukan pergi dan cari pengganti.

Sebesar Apapun Tengkar Jangan Bubar

Mereka yang saling mencintai tidak cukup dengan setia, tapi mereka juga telah sekesai dengan kepentingan ego dan masa lalunya. Mereka sama --sama bersyukur dipertemukan dengan versi yang telah berdamai dengan luka, sehingga untuk memulainya kembali sudah tidak ada lagi yang namanya ingin menang sendiri.

Saya sangat menyepakati, bahwa kehidupan pernikahan sangat challenging. Tetapi di balik itu, saya merasakan dampak dari proses luar biasa. Semesta seolah membukakan hikmah, yang tidak saya dapati kalau tidak menikah.

Misalnya bersedia mengalah semengalah-ngalahnya, mengutamakan istri dan anak-anak. Padahal di saat bersamaan, saya sendiri memerlukan hal tersebut. 

beberapa bulan setelah menikah (Sumber: dokumentasi pribadi)
beberapa bulan setelah menikah (Sumber: dokumentasi pribadi)

Mungkin cerita semisal, pernah saya tuliskan di beberapa artikel sebelumnya di kompasiana. Kisah nyata saya alami, sekilas menyiksa diri tapi membuahkan bahagia yang unik.

Adalah ketika menerima jatah nasi kotak, tetapi urung saya memakannya. Karena sangat hapal, lauk pauk di menu itu kesukaan anak-anak. Pernah kotak berisi dua snack ukuran besar, tidak saya santap demi istri di rumah.

Keputusan demikian, tidak bakalan saya ambil saat bujang. Mengingat sejak merantau dan bekerja, yang didapatkan untuk dinikmati sendiri. 

------

Menikah, menuntut saya -- mau tak mau -- berubah. Bersikap dewasa lebih banyak mengalah, demikian semestinya ayah bertindak. Mengelola ego sedemikian rupa, melebur masalah bukan justru kabur apalagi mundur.

Karena keluarga adalah prioritas, memiliki dampak untuk jangka panjang. Kelak ketika badan ini renta, kepada siapa berlindung kecuali anak istri tercinta. Mumpung masih kuat dan semangat, pertahankan apa yang harus dipertahankan.

Sebesar apapun tengkar jangan bubar. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun