Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Bahwa Bahagianya Ayah adalah Bahagia yang Unik

30 November 2024   11:40 Diperbarui: 1 Desember 2024   10:43 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak sedang sedih. (Dokumentasi Pribadi)

keluarga besar kampung halaman. (Dokumentasi Pribadi)
keluarga besar kampung halaman. (Dokumentasi Pribadi)

Sikap bapak, yang tidak saya paham -- saat saya kecil. Ketika membeli motor buntut --itupun dengan kredit--, dia sendiri sangat jarang memakainya. Motor itu dibelikan untuk mbarep-nya, yang sedang kuliah di kota.

Sementara bapak, memilih jalan kaki untuk berangkat pulang mengajar. Padahal jarak rumah ke sekolah, sekitar 4 -- 5 Km. Sekolah tempat mengajar bapak, di desa tetangga yang sudah beda kelurahan.

Pada bulan puasa selepas ashar, saya bermain pingpong sendiri. Memantulkan bola ke dinding, menghitung sampai angka tertentu. Saya berjanji pada diri, kalau mencapai angka limapuluh akan berbuka dengan kolak buatan ibu.

Tiba-tiba kakak tengah nongol, iseng menghalangi permainan. Hitungan tidak sesuai target, pecahlah tangis saya. Seketika mengingat janji, saya tidak jadi berbuka dengan kolak. Kakak tengah berlari kabur, terdengar tertawa puas yang mengejek.

Ayah datang, memastikan janji saya tidak berlaku. Karena tanpa saksi, yang tidak bisa memberatkan. Dan sikap bapak pada kakak, seolah tidak terjadi apa-apa. Meski tidak puas dengan situasi itu, saya memilih tidak memperpanjang.

-----

Atas perasaan mengganjal, yang dipendam sedari kecil. Sepeninggal bapak, sedikit demi sedikit saya mendapatkan jawaban. Ibu membuka tabir, mengapa bapak sebegitu sayang pada anak -- terkhusus -- mbarep dan anak tengah.

Pada anak yang lain---termasuk saya---, sebenarnya bapak juga sayang. Hanya berbeda cara mengekspresikan, berbeda cara menyampaikan.

Ketika anak mbarep lahir, badannya kecil -- kata tetangga-- sebesar botol kecap. Konon si anak pertama, tidur bersebelahan lampu petromak. Agar badannya hangat, sehingga tidurnya nyenyak.

Sebagai bapak muda, rasa sayang itu bertumbuh sedemikian hebatnya. Anak pertama yang didamba, dikasihi sepenuh hati. Tanpa sadar sayang yang berlebihan itu, dirasakan anak lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun