Maka pemungutan suara di Pilkada serentak 2024, diperkirakan selesai tidak sampai dini hari. Pasalnya hanya dua kotak, dengan ukuran kertas suara lebih kecil. Warga lansia tidak kerepotan, tidak kelamaan menunggu. Kami bisa nyambi bersantap camilan, saling membantu job petugas yang lain.Â
Jam dua belas, sudah sangat jarang warga datang. Hanya satu dua tersisa, menunggu jam satu siang waktu pemungutan suara ditutup. Kami sepakat mengambil jeda satu jam, untuk istirahat makan dan sholat zuhur. Saya sempat pulang untuk sholat, balik ke TPS dengan memakai sandal.
Setelah istirahat, kotak suara gubernur dibuka. Kami berbagi tugas, ada yang membuka surat suara, yang menunjukkan ke ketua KPPS dan saksi. Ada yang bagian menulis, di kertas penghitungan di papan. Sedikit masalah muncul, setelah selesai penghitungan.Â
Surat suara yang dibundel per 10, tidak sinkron dengan angka ditulis di kertas. Hanya selisih dua, tapi tetap saja membuat kami gemas.
Maka bundelan dihitung ulang, kali ini oleh empat orang agar lekas selesai. Dan benar saja, ada satu bundel isinya sebelas surat suara. Sekitar setengah lima, penghitungan surat suara gurbenur selesai.
Selanjutnya membuka kotak suara untuk wali kota, menghitung seperti sebelumnya. Kejadian yang sama terulang, meskipun sudah diantisipasi sedemikian rupa. Hanya selisih dua angka, kemudian dihitung ulang.
Seperti perkiraan kami, penghitungan dan laporan selesai setelah isya. KPPS 1 dan tiga mengembalikan semua logistik, ke kelurahan. Kami 5 petugas KPPS dan dua linmas, memberesi meja kursi dan titip ke petugas keamanan -- di perumahan kami--.
Jam setengah sembilan saya sampai rumah, badan benar-benar minta segera direbahkan. Mata sudah berat dibuka, dan tidur nyenyak sangat saya idamkan.
Bagaimana pengalaman Kompasianer, yang juga menjadi petugas KPPS. Saling berbagi cerita yuk. Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.