Suatu hari saya dibuat kaget, membaca tulisan "Rumah Dijual" yang ditempel di pagar. Bahkan semua isinya di obral, aneka perabot, gorden, mainan anak, nyaris semua didalam rumah dihabiskan.Â
Tetangga yang membeli bebas menawar, istri dan ibu mertua memborong gorden.
Selentingan kabar tersiar, bahwa suami istri dengan rumah megah telah resmi bercerai. Menurut cerita, suami mendua hati.Â
Istri yang mandiri tak terima, memilih berpisah dan menjual harta bersama selama pernikahan.
Saya yang kala itu masih awal+awal menikah, mendapat banyak sekali pelajaran. Bahwa kepemilikan harta benda, sama sekali tidak menjamin lamanya pernikahan.Â
Karena yang membuat nyaman, adalah sikap yang ditunjukan pasangan.
Persis seperti isi tausiyah Ustad, yang saya cuplikan di atas. Nanti setelah menikah, kita tidak hidup dengan fisiknya saja, tidak dengan hartanya saja. Setelah menikah kita hidup, dengan peranginya, tabiatnya, kesehariannya.
Dan suami musti memegang kunci, yang membuat istri enggan berpaling. Yaitu jangan berlaku kasar, jangan mendua hati memberi tempat untuk wanita lain. Semoga bermanfaat.