Suami cerita keseharian di pekerjaan, soal teman resek atau menyenangkan. Mengisahkan ulang pengalaman, baik dialami sendiri atau dari melihat danmendengar. Atau kejadian di sepanjang perjalanan, yang unik dan menarik untuk dibagikan.
Pun istri, bisa cerita yang dialami di rumah atau lingkungan sekitar. Tentang kegiatan dengan ibu-ibu di RT, atau kejadian di sekolah anak. Mungkin soal harga sembako yang naik, atau tukang sampah yang mogok. Dan sebagainya, dan sebagainya.
Sungguh, dari ngobrol ke ngobrol tersebut. Sadar ataupun tidak, langsung atau tidak langsung, membuat kedekatan suami istri terbangun.
-----
Kegiatan ngobrol, kesannya adalah hal yang sepele. Ngobrol akan terasa gayeng, kalau dilakukan dua orang yang sefrekwensi. Saling menimpali, atau saling mengoreksi. Kalaupun ada sedikit silang pendapat, dengan sendirinya ruang kompromi itu terbuka.
Pada point ini, lagi-lagi saya mengamini tuntutan/anjuran soal sekufu. Suami istri yang sepadan, membuat obrolan keduanya nyambung. Kesukaan istri tak diremehkan suami, pendapat suami tak direndahkan oleh istri.
Kompasianer, menikah itu 70 persen isinya ngobrol dan kompromi. Siapkan hal ini, sedari mencari calon belahan hati. Yaitu mencari pasangan yang sekufu, yaitu mencari pasangan yang sepadan- semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H