Untungnya sebuah karya seni, penikmatnya bebas berintepretasi. Pada lirik-lirik yang syahdu, saya mendapati aneka makna (ala saya) yang relate dengan keseharian. Bahwa mesranya kecil-kecilan, karena kondisi yang belum memungkinkan. Kemudian ditimpal lirik, "tunggu sampai semua mereda"- artinya suasana sempit terlewati.
Sebagai ayah, saya menerjemahkan lirik lagu itu. Tentang mengenalkan pada anak istri, perihal suasana yang lain dari yang lain. Adalah suasana sepi sunyi, suasana baru yang akan indah kalau dinikmati. Seolah ayah yang mengajak, "kita kan tangkap banyak suasana".
Istri dan anak-anak ditunjukan koleksi suasana asyik dan perasaan yang baik, meski mesranya kecil-kecilan tapi cintanya besar-besaran. Ayah dengan cinta yang menggebu, akan mengusahakan kebahagiaan, meskipun dalam kondisi terbatas.
-----
Bagi teman-teman sudah menikah, sedang di tahapan kondisi sempit. Rasanya lagu ini rekomended, untuk didengarkan secara seksama. Selain liriknya sangat mengena, sekaligus bisa menjadi penghiburan.
Kata demi kata monggo silakan dihayati, niscaya kan menumbuhkan perasaan haru sekaligus keyakinan. Bahwa diujung gelapnya malam, akan terbit matahari di hari yang baru. Hidup ibarat roda berputar, silih berganti keadaan kan terjadi.
Yang tak boleh ditinggalkan, adalah ikhtiar di segala situasi. Karena ikhtiar merupakan bagian doa, penyambung harapan untuk menjadi lebih baik.
Dan di saat sempit sekalipun, bisa menjadi pembuktian bagi seorang ayah. Tentang besarnya cinta ayah pada keluarga, meski mesraannya kecil-kecilan dulu. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H