Harapan tinggal harapan, barang diingini sudah tidak tampak lagi.
-----
Bulan Desember, menjadi bulan ke sebelas saya bekerja di gudang karpet. Â Saya baru tahu, kalau ada pertemuan seluruh karyawan menjelang akhir tahun. Jam empat sore kepala gudang mengajak team-nya, ke kantor pusat (sekaligus toko) di Jalan Tunjungan Surabaya.
Saya melihat dan bertemu para senior, ada yang di bagian administrasi, keuangan, penjualan, sales, pengiriman, cleaning service, termasuk kami bagian gudang. Obrolan ngalor ngidul, guyonan, menjadi pemandangan seru sore itu.
Di acara inti pimpinan menyampaikan, bahwa target penjualan tahunan tercapai. Kabar menggembirakan ini, disambut gemuruh tepuk tangan. Management berharap kerjasama antar divisi semakin solid, mengingat tahun berikutnya target penjualan dinaikkan.
Menjelang maghrib acara selesai, setiap karyawan dipersilakan mengambil parcel dan amplop berisi bonus tahunan.
"Alhamdulillah" batin ini berteriak.
Sembari menunggu giliran, saya kepikiran untuk membeli mukena di toko seberang Hotel Tunjungan. Â Tetapi niat itu pupus, ketika melihat karyawati bagian administrasi membuka bingkisan baru diambil. Satu persatu barang diletakkan di meja, teman lain mengerubungi.
"Giliranmu tuh" celetukan teman membuyarkan lamunan.
Saya segera masuk ke ruangan kantor, diminta tanda tangan sebelum menerima amplop bonus. Kemudian tanda tangan kedua di kertas berbeda, untuk bukti serah terima parcel. Teman senior yang bertugas, menunjukkan parcel  karyawan di sebelah kanan dan karyawati di sebelah kiri.
"Bedanya apa pak?" tanya saya penasaran.