Saya yakin, setiap istri pasti ingin bahagia. Punya suami yang menentramkan hati, setia dalam mengarungi suka maupun duka.
Tidak memiliki perangi kasar, dari lisannnya tidak mudah melontarkan sumpah serapah. Tidak mentang- mentang sebagai pencari nafkah, berlagak sok kuasa dan atau maunya menang sendiri.
Banyak kejadian di sekitar kita, lelaki yang saat PDKT baiknya minta ampun. Â Manis dalam bertutur kata, sedikitpun tak ingin membuat wanita pujaan tersinggung.
Begitu royal saat berkunjung, membawa aneka bigkisan untuk memikat hati orang dikasihi. Sehari tiga kali rutin bertukar dan bertanya kabar, meski sekedar 'sudah makan  apa belum'atau  'lagi ngapain'.
Sikap sedemikian sopan dan penuh perhatian, benar-benar membuat hati perempuan luluh. Tak butuh waktu lama, wanita pujaan takluk ke pelukan lelaki pecinta ulung.
Di kemudian hari setelah menikah, mulailah berubah dan  ketahuan sifat asli.
Sikap yang dulunya manis berubah drastis, topeng dipakai mulai terkuak dan wajah asli tampak.
Sikap kasar diperlihatkan, istri salah sedikit saja dua bola mata melotot seperti hendak lepas dari tempatnya. Intonasi suara mudah meninggi, dibarengi sebutan kebun binatang dan ringan tangan.Â
Tidak hanya kepada istri berlaku kasar, anak-anakpun mendapat perlakuan semisal.
-----
Kehidupan berumah tangga, adalah satu tahap perjalanan dalam kehidupan.
Pasangan suami dan istri pasti melewati onak duri, keduanya diuji tentang kekompakan.
Ujian kehidupan dihadapi, bisa menjadi alasan suami istri untuk saling membahu. Bekerjasama melakoni setiap episode kehidupan, saling belajar menghargai perasaan masing-masing.
Mendidik dan membesarkan anak keturunan, yang digadang kelak bisa melanjutkan cita-cita.
Mengejawantahkan kalimat "rumahku surgaku" butuh perjuangan, tidak bisa dilakukan suami saja atau istri saja. Butuh peran keduanya , Â butuh kompromi dan kerjasama dalam banyak hal.
Saya menyadari bahwa hal demikian memang tidak mudah, tetapi juga bukan hal mustahil.
Mungkin kita bisa belajar dan berkaca, dari pasangan pendahulu yang terbukti utuh menjaga mahligai perkawinan.
Sangat  mungkin belajar dari ayah ibu kandung, atau kakek nenek, atau bude pakde, atau orang-orang dekat yang dikenal secara personal.
Memilih Laki-laki yang Cocok Dijadikan Suami
'Sebaik kalian adalah yang sikapnya paling baik terhadap perempuan perempuan mereka sendiri' (HR. Tirmidzi)
Memilih calon suami baik, bisa dikata susah susah gampang dan bukan perkara mudah.
Karena lelaki yang menjadi calon suami, asalnya adalah orang lain tak dikenal  baik sifat maupun tingkah laku keseharian.
Tetapi kalau mengacu hadist di atas, kita bisa sekilas menilai bagimana seorang lelaki, dari caranya bersikap terhadap perempuan di sekitarnya.
Bagi laki-laki bujangan, perempuan di sekitarnya adalah ibunya atau saudara perempuan atau kerabat perempuan lain. Â Tetapi perempuan yang paling utama adalah ibu.
Ibu perempuan paling berjasa, rela melakukan apapun bagi anak-anaknya. Kemuliaan ibu tak disangkal, setulus hati menerima anak apapun keadaannya. Sebegitu mulianya ibu, Rasulullah menempatkan kedudukan ibu tiga kali lebih tinggi dibanding ayah.Â
Lelaki dengan penghormatan pada ibu yang mutlak, bisa menjadi rekomendasi atau kandidat untuk dijadikan suami.
Laki-laki yang menyayangi ibu, niscaya akan menjadi laki laki yang menyayangi istri dengan baik.
"Wah pasti nyarinya susah tuh !"
Memang susah, tetapi bukan berarti tidak ada. Saya terngiang nasehat seorang ustad, bahwa kalau mau mendapatkan emas carilah ditempat emas.Â
Kalau mau dapat pasangan yang soleh/solehah, diri sendiri musti berusaha membaikkan diri. Sering berada di lingkaran orang baik, agar sering dipertemukan dengan orang baik.
Dengan berkumpul, berinteraksi, dan sering berada lingkungan pergaulan baik. Kemungkinan dipersuakan, dengan pribadi semisal akan terbuka.
Oke, memang tidak serta merta menjamin.Â
Tetapi bukankah sebagai manusia, yang wajib dilakukan adalah berusaha yang terbaik. Menyoal hasil, pasrahkan pada Sang pemilik kehidupan. -- wallahu'alam-
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H