Kondisinya keluarga ini (sebenarnya) tidak sama persis dengan sitkom di awal tulisan ini, namun pertukaran peran dan fungsi suami istri terjadi.
Suami yang dipecat dari tempat bekerja, etos kerja seketika merosot, sehingga terkesan enggan untuk bangkit.
Sementara si istri terus memotivasi, mendorong suami agar mencari dan melamar ke tempat pekerjaan baru.
Saya pernah mencoba membantu, menawarkan network di sebuah kantor. Tetapi ditolak mentah-mentah dengan berbagai alasan, dan berhasil membuat saya kapok.
Kejadian serupa terjadi berulang-ulang, tidak saya saja dibuat kecewa, beberapa teman disuguhi sikap semisal.
Saking judeg dan sering perang mulut, sang istri akhirnya membiarkan lelakinya.
Dia merelakan dirinya pontang panting mengais rejeki, berjualan ini dan itu, membuka jasa ini dan itu.
Kondisi demikian berjalan bertahun-tahun, perlahan tapi pasti usaha istri membuahkan hasil.
Meski jatuh dan bangun dialami, setidaknya anak-anak bisa sekolah bahkan kuliah.
Buah hati tumbuh dengan figur ibu yang tangguh, Â saat SMA rela sekolah nyambi bekerja.
Sementara keberadaan si ayah seperti tak ada guna, makan minum menjadi tanggungan istri.