Saya sendiri tak  kalah  bahagia, perasaan yang belum saya rasakan sebelumnya. Ketika melihat wajah ibu selalu berseri, tampak begitu semangat sepanjang waktu. Sungguh saya mensyukuri hal ini, keputusan bersama istri dirasa sangat tepat.  Memberi dampak sangat baik, bahkan tidak kami bayangkan sebelumnya.
Saya sangat beruntung, teman yang dititipi ibu sangat memegang amanah. Keesokan hari melalui chating, saya dikirim foto-foto ketika ibu baru tiba di Bandara King Abdul Azis. Kemudian saat perjalanan dengan bus, dari Jedah menuju Madinah dan masuk loby hotel. Dari pihak travel sangat mengerti, kamar ibu dijadikan satu dengan teman saya.
Hari kedua sampai hari ke sembilan, saban hari saya dikirimi gambar ibu dengan background lokasi ikonik yang berbeda. Ada yang di pelataran masjid Nabawi, pemakaman baqi, pasar pagi di sekitar masjid, masjid di daerah Thaif untuk mengambil miqot dan seterusnya. Pun ketika rombongan berpindah ke Mekah, ibu berfoto dengan latar kabah, ada yang di depan Masjidil Haram, di pabrik percetakan Al Quran, Perkebunan Kurma, Peternakan onta, lokasi perjanjian Hudaibiyah dan sudut sudut kota suci lainnya. Â
Kalau saya perhatikan di setiap foto, ada satu yang tak berubah dari ibu adalah  wajah sumringahnya. Air muka yang sama sudah saya dapati, sejak beberapa hari menjelang hari keberangkatan. Meskipun mulai terlihat kelelahan, tetapi tak bisa menutupi aura kebahagiaan yang terpancar. Lagi-lagi seperti ada energi menelusup di benak, tiba-tiba saya merasakan kebahagiaan luar biasa.
Matur Suwun Yo Le, Senenge Ibuk Wis Mentok
Tepat di hari kesepuluh, saya mendapat kabar rombongan siap-siap bertolak ke Jakarta dari Jedah. Saya dikirimi beberapa gambar, ketika ibu berfoto dengan latar laut merah dan masjid apungnya yang terkenal. Diperkirakan keesokan hari rombongan sampai Bandara Soetta, menurut pihak Travel pesawat landing sekira jam 14.00 wib.
Sepanjang perjalanan ibu lebih banyak diam, sesekali dua kelopak matanya terpejam seperti ada yang dibayangkan. Saya membiarkan hal demikian berlangsung, memberi keleluasaan ibu menata hati. Dan tiba-tiba dengan perlahan ibu meraih tangan ragilnya, meski sempat kaget tetapi saya tidak bereaksi. Tak berselang lama, erdengar suara parau dengan kalimat terbata berucap, "Matur suwun yo le, senenge ibuk wis mentok"Â
Semoga bermanfaat.