-----
Nada suara khas ini, sudah sangat-sangat kami kenal dengan baik. Istri seketika menyaut salam, sembari setengah berlari ke teras.
"Iya Ci, bentar".
Saya di ruang tengah bersama anak-anak, bisa menangkap pembicaraan itu (karena volume suaranya relatif kencang).Â
"Tadi masaknya kebanyakan"
Saya yakin, tidak ada masak yang tidak sengaja kebanyakan. Setidaknya, memasak pasti sudah ditakar porsinnya. Dan bisa jadi, tetangga memang merencanakan, untuk dibagi-bagi ke yang lain.
Dan kami sangat hapal kebiasaan Aci (begitu panggilan akrabnya), sehingga tidak heran kalimat "kebanyakan masak" sebenarnya alasan dibuat-buat.
Selepas Aci berlalu, sembari menunggu adzan maghrib yang tinggal beberapa menit lagi. Saya berdiskusi dengan istri, bahwa musti membalas kebaikan para tetangga.
Selama Ramadan, tiga tetangga sudah mengantar takjil. Dan saya yakin, mereka tidak mengharapkan balasan. Tetapi tidak ada salahnya, kami membalas kebaikan dengan kebaikan pula supaya berkelindan.
"Kita beli orek tempe dari bu Ibnu saja" usul saya.