Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rumitnya Akses Kebutuhan Nutrisi bagi Anak dengan Penyakit Langka

24 Desember 2019   11:18 Diperbarui: 24 Desember 2019   11:41 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangtua hebat dengan buah hati hebat- dokpri

Di hadapan Jurnalis dan Blogger, Peni Utami, KetuaYayasan MPS dan Penyakit Langka Indonesia, menyampaikan, bahwa dibutuhan nutrisi medis khusus, serta dukungan regulasi pemerintah untuk penanganan anak dengan penyakit langka.

"Anak dengan kondisi medis khusus seperti penyakit langka memiliki beban yang sangat besar, baik dari sisi tantangan kesehatannya maupun pemenuhan nutrisi sehari-hari" ujar Peni.

Peni Utami , sumber } otcdiggest.id
Peni Utami , sumber } otcdiggest.id
Maka perlu kerjasama semua pihak, untuk mendorong implementasi peraturan, yang memudahkan penyediaan dan penanggulanan nutrisi medis (dalam hal ini) untuk anak dengan penyakit langka.

Hal ini perlu dilakukan, agar anak dengan penyakit langka memiliki tumbuh kembang optimal. Anak dengan berbagai jenis penyakit langka, sangat tergantung dengan nutrisi khusus agar bisa bertahan.

Contohnya, Praba Dewantara yang sangat tergantung dengan asupan berasal dari olahan medis khusus. Dan masih banyak anak lainnya dengan penyakit langka, yang juga membutuhkan asupan dengan olahan medis khusus.

Saat ini,  terdapat sekira 6000-8000 jenis penyakit langka telah dikenali, dihadapi oleh 350 juta orang di dunia. Sebanyak 75% adalah anak-anak, dan baru sekira 5% pasien mendapat penanganan memadai. Di Indonesia, 1 dari 1000 orang memiliki penyakit langka.

------

Prof Damayanti Rusli Sjarif- dokpri
Prof Damayanti Rusli Sjarif- dokpri
Prof.DR. Dr.Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), menyampaikan menurut data Riskedas 2013- 2016 , Indonesia menempati urutan kelima untuk stunting. Efek stunting buka hanya pada tubuh pendek, tetapi yang lebih fatal adalah pertumbuhan otak.

Karena otak membutuhkan asupan nutrisi, apabila tidak terpenuhi maka terjadi resiko terjadi penurunan kognitif. Hal ini bisa dicegah hanya pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan), apabila terlewat maka dampak dirasakan seumur hidup.

Masih menurut Prof Damayanti, pada dua tahun pertama, 50-60%  energi asupan digunakan untuk pertumbuhan otak. Pada otak anak terdapat synapse, setiap ada stimulan maka akan membuat jalur yang dibaca otak. Semakin banyak  stimulan, maka semakin banyak synapse terbentuk. Sehingga membuat anak, bisa mencari dan menemukan jalan keluar setiap menemui masalah.

Anak dengan asupan nutrisi kurang, supply nutrisi ke otak juga terbatas, sehingga synapse-nya pendek. Kekurangan nutrisi membuat berat badan turun, maka IQ otomatis menurun. Kalau hal ini dibiarkan, keseimbangan hormornal akan terganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun